Selasa, 30 April 2024
OPOP Jawa Timur

Pesantren Mansyaul Ulum Malang Ajarkan Bekal Hidup Pasca Nyantri

Laporan oleh Achmad Zainal Alim
Bagikan
Kacang Bawang, produk unggulan Pesantren Mansyaul Ulum Malang. Foto: Dok. Suarasurabaya.net

Dari Santri untuk Santri, jargon ini tampak cocok untuk disematkan di pesantren yang satu ini. Sebab, itulah yang dilakukan para santri Pesantren Mansyaul Ulum, Ganjaran, Gondanglegi, Kabupaten Malang.

Dengan santri sejumlah 600 –an anak, membuat wirausaha di pesantren modern ini terus berkembang. Mulai usaha ritel, sampai memproduksi camilan Kacang Bawang.

KH. Saiful Ghozi, pengasuh pesantren Mansyaul Ulum menyatakan, “Tiap hari santri itu pasti butuh makan, dan cemilan sebagai selingan makan. Itu juga yang jadi pertimbangan kami memilih jenis usaha, untuk memenuhi kebutuhan santri diinternal,” ungkapnya.

Diyakininya, usaha kacang bawang ini cukup laku, dari tiap-tiap kantin yang didirikan setiap harinya ada saja penjualan. “Masyarakat juga antusias ingin menjual camilan tersebut. Kemudian Koperasi Pondok Pesantren, mulai berpikir; Alangkah baiknya bila dibuat produk sendiri. Daripada diisi barang dagangan orang lain di luar pesantren,” terangnya.

Maka mulailah pesantren Mansyaul Ulum membuat kacang bawang, untuk dijual di kantin-kantinnya sendiri, selain juga dititipkan ke toko sekitar.

Diakui, untuk proses produksi kacang bawang ini faktor modal masih jadi kendala. Sementara untuk tenaga produksi, lebih banyak melibatkan alumni.

“Jelas kalau Kopontren pasti urusan modal, tapi kalau soal tenaga, kami di sini dibantu para santri. Supaya tidak mengganggu kegiatan pendidikan, maka untuk usaha kacang bawang ini Kami libatkan para alumni. Dari lulusan sekolah sini, diberikan kesempatan bila ada yang ingin bekerja,” terangnya.

KH. Saiful Ghozi, pengasuh Pesantren Mansyaul Ulum, Gondanglegi, Malang. Foto: Dok. Suarasurabaya.net

Sementara Gus Rohmatullah, ketua Koperasi Pesantren Mansyaul Ulum menerangkan, “Sejauh ini kacang bawang sini, masih dipasarkan di pondok dan sekitarnya,” katanya.

Menurutnya, pemasaran di luar pesantren masih terkendala harus punya ijin. Maka sementara ini merela baru memasarkan di internal di kantin-kantin, sekolahan, warung-warung di sekitar pesantren.

Gus Rohmat juga berharap, ijin usaha kacang bawangnya bisa segera keluar sehingga bisa dipasarkan lebih luas. Terlebih dengan program OPOP Jatim, mudah-mudahan semua jadi lebih mudah untuk mendorong kemajuan bisnis pesantren.

Khusus bagi alumni usaha ini sangat bermanfaat. “Bagaimana alumni ini bisa memanfaatkan usaha di pesantren ini untuk menjadi usaha pribadinya. Mereka bisa ambil kacang bawang di sini, kemudian menjual kembali di daerahnya masing-masing. Harga dari pesantren RP. 9.500, dijual kembali 10.000-11.000 rupiah,” urainya.

Di sela kegiatan ngaji dan sekolah, seluruh santri ditawarkan untuk belajar sesuai minat dan bakatnya. “Ini untuk bekal hidup pasca nyantri nanti,” tukasnya.

Saat ini setiap hari Kamis ada kegiatan untuk meningkatkan bakat anak-anak santri. Misalnya, bagi santri yang suka mamasak, akan fokus belajar masak. Di pesantren diajarkan membuat kue atau makanan lain. “Kami kembangkan sesuai bakat anak-anak. Selain kacang bawang, ada juga tahu krispi, ada bidang-bidang lain,” ujarnya menutup obrolan. (lim)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Kurs
Exit mobile version