Sabtu, 20 April 2024

Minyak Jatuh 2 Persen saat Uni Eropa Gagal Boikot Minyak Mentah Rusia

Laporan oleh Iping Supingah
Bagikan
Ilustrasi, minyak mentah. Foto: Pixabay

Harga minyak mentah jatuh dua persen pada akhir perdagangan Jumat (25/3/2022) pagi, setelah Uni Eropa (UE) tidak dapat menyetujui rencana untuk memboikot minyak Rusia dan laporan bahwa ekspor dari terminal Caspian Pipeline Consortium (CPC) Kazakhstan sebagian dapat dilanjutkan.

Dilansir dari Antara, Minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Mei merosot 2,57 dolar AS atau 2,1 persen, menjadi  119,03 dolar AS per barel.

Sementara itu, minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman April tergerus 2,59 dolar AS atau 2,3 persen, ditutup di 112,34 dolar AS per barel.

Pada Rabu (23/3/2022), kedua kontrak acuan minyak ditutup pada level tertinggi sejak 8 Maret.

Para pemimpin Uni Eropa akan sepakat pada pertemuan puncak dua hari yang dimulai Kamis (24/3/2022), untuk bersama-sama membeli gas alam ketika mereka berusaha untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar Rusia. Beberapa bahkan mengatakan tidak akan memenuhi permintaan Moskow untuk membeli minyak dan gas menggunakan rubel.

Meski demikian, negara-negara Uni Eropa tetap terbelah atas keputusan memberikan sanksi langsung terhadap minyak dan gas Rusia, seperti langkah yang sudah diambil oleh Amerika Serikat.

Invasi Rusia ke Ukraina pada 24 Februari telah mendorong Uni Eropa berjanji untuk memangkas ketergantungan pada bahan bakar fosil Rusia, dengan menaikkan impor dari negara lain dan dengan cepat memperluas energi terbarukan.

Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) menawarkan bantuan militer baru kepada Kyiv dan menugaskan lebih banyak pasukan ke sayap timurnya saat London dan Washington memberlakukan sanksi baru terhadap Moskow.

Tetapi tanpa embargo Uni Eropa atas minyak Rusia, Carsten Fritsch analis Commerzbank mengatakan, sanksi tidak mungkin berdampak besar pada pasar minyak.

Hal ini karena Uni Eropa tetap terpecah dalam memberlakukan larangan langsung pada minyak Rusia, analis di Rystad Energy mengatakan India dan China dapat mengimpor lebih banyak barel Rusia untuk meningkatkan produksi produk olahan mereka.

Sementara Amerika Serikat dan sekutunya, sedang mendiskusikan kemungkinan pelepasan minyak terkoordinasi lebih lanjut dari penyimpanan, untuk membantu menenangkan pasar minyak. Dolar yang menguat untuk keempat kalinya dalam lima sesi, membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. (ant/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Sabtu, 20 April 2024
29o
Kurs