Rabu, 11 Desember 2024

Sri Mulyani Waspadai Dampak Tarif Impor Tinggi Donald Trump di ASEAN

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Sri Mulyani Menteri Keuangan menyampaikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa edisi April 2024 di Jakarta, Jumat (26/4/2024). Foto: Kemenkeu Sri Mulyani Menteri Keuangan ketika menyampaikan keterangan saat konferensi pers APBN KiTa edisi April 2024 di Jakarta, Jumat (26/4/2024). Foto: Kemenkeu

Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan mengantisipasi kebijakan tarif impor tinggi Amerika Serikat (AS) usai kemenangan Donald Trump di Pilpres AS, yang bakal turut menyasar wilayah ASEAN.

“Tidak hanya China, negara-negara ASEAN seperti Vietnam dan lainnya mungkin juga akan dijadikan fokus terhadap pengenaan tarif impor ini,” kata Sri Mulyani saat rapat kerja dengan Komisi XI DPR RI di Jakarta, Rabu (13/11/2024) dilansir Antara.

Kekhawatiran mengenai tingginya tarif impor itu mempertimbangkan kebijakan Trump pada periode pertama jabatannya sebagai Presiden AS.

Trump dikenal dengan kebijakan proteksionisme yang melindungi industri domestik AS dari persaingan luar negeri. Akibatnya, impor dari negara-negara yang memiliki surplus dagang dikenakan tarif tinggi.

“Sama seperti waktu Trump Presiden bagian pertama dulu, kebijakan mungkin akan berdampak pada seluruh mitra dagang yang memiliki surplus,” ujarnya.

Sementara itu, kebijakan fiskal di bawah Trump Presiden diperkirakan akan cukup ekspansif. Imbal hasil (yield) US Treasury 10 tahun mengalami kenaikan, mencerminkan ekspektasi bahwa APBN Amerika Serikat mungkin akan tetap ekspansif.

Dolar AS juga menguat yang didorong oleh berbagai kebijakan Trump Presiden yang baru, terutama terkait penurunan pajak korporasi, ekspansi belanja untuk sektor-sektor strategis, serta kebijakan tarif impor.

Dari segi kebijakan perubahan iklim, Trump diperkirakan tidak akan seagresif Joe Biden dan Partai Demokrat. Hal ini akan berdampak pada komitmen global terhadap perubahan iklim, seperti peningkatan produksi bahan bakar fosil, harga minyak, serta perkembangan kendaraan listrik dan seluruh rantai pasoknya.

Kecemasan itu juga telah diungkapkan Sri Mulyani sebelumnya. Dalam konferensi pers APBN KiTa di Jakarta, pekan lalu, Sri Mulyani menjelaskan bahwa kebijakan di bawah pemerintahan Trump di periode sebelumnya cenderung kurang mendukung penurunan emisi karbon di sektor energi, yang menjadi perhatian penting dalam isu perubahan iklim.

Sebelumnya, Trump sendiri mengusulkan peningkatan produksi minyak domestik guna menurunkan harga minyak internasional. Kondisi itu dikhawatirkan berpotensi memberikan dampak signifikan pada harga minyak dunia. (ant/vin/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pohon Tumbang di Jalan Khairil Anwar

Mobil Tabrak Dumptruk di Tol Kejapanan-Sidoarjo pada Senin Pagi

Truk Tabrak Rumah di Palemwatu Menganti Gresik

Kurs
Exit mobile version