
Foto-foto yang beredar di dunia maya terkait kondisi terakhir di Kathmandu ibukota Nepal, sangat mengejutkan publik.
Durbar Square, yang merupakan situs warisan dunia UNESCO, kini sudah menjadi puing-puing. Menara Dharahara yang terkenal, juga roboh dan hampir rata dengan tanah.
Gempa bumi umum terjadi di Nepal karena negara ini adalah salah satu daerah seismik paling aktif di dunia.
Gunung-gunung yang ada, termasuk Himalaya, merupakan konsekuensi dari lempeng tektonik India yang berada di Asia Tengah (lempeng tektonik Eurasia). Kedua lempeng besar tersebut bergerak sekitar 4 hingga 5cm per tahun.
David Rothery, seorang profesor geosains planet dari Open University Inggris mengatakan, “Pegunungan Himalaya sedang didorong ke atas lempeng India. Lempeng tektonik tersebut bergerak sekitar dua atau tiga kali, inilah yang sebenarnya terjadi,” katanya seperti dilansir BBC, Minggu (26/4/2015).
“Dilaporkan banyak korban di Kathmandu, tapi kami masih menunggu untuk melihat seberapa luas kerusakan yang ditimbulkan oleh gempa tesebut,” katanya lagi.
Bangunan Rentan
Banyaknya jumlah korban jiwa dalam gempa di Nepal kali ini bukan hanya karena besarnya kekuatan gempa yang mencapai 7,8 SR tetapi juga karena lokasi gempa sangat dangkal, yaitu sekitar 10 hingga 15 km.
Akibatnya guncangan terasa sangat parah di permukaan dan dalam empat jam setelah gempa pertama, setidaknya tercatat ada 14 gempa susulan, sebagian besar berkisar sekitar empat, lima dan 6,6 SR.
Umumnya setelah gempa terjadi, terdapat sekitar 30 kali penurunan energi setelah gempa besar. Namun ketika bangunan sudah rusak, gempa susulan yang lebih kecil mungkin akan membuat bangunan yang sudah rusak menjadi roboh.
Apalagi di Nepal bangunan rumah penduduknya terbuat dari batu bata yang dibangun oleh seorang tukang bangunan biasa dan bukan konstruksi bangunan profesional sehingga sangat rentan terhadap guncangan gempa.
Risiko Longsor
Salah satu kekhawatiran besar, berdasarkan pengalaman sebelumnya, adalah adanya kemungkinan tanah longsor.
Di daerah pegunungan, lumpur dan batu yang jatuh dari lereng curam sangat mungkin menutup atau menghancurkan jalan-jalan desa. Hal ini akan mempersulit penanganan bencana yang dilakukan pihak berwenang.
Gempa bumi lain yang pernah terjadi di wilayah Himalaya di antaranya pada tahun 1934 yang berkekuatan 8,1 SR di Bihar, India, gempa bumi tahun 1905 berkekuatan 7,5 SR di Kangra dan gempa tahun 2005 berkekuatan 7,6 SR di Kashmir.
Gempa di Kangra dan Kashmir tersebut sangat besar dan mennewaskan sekitar 100 ribu jiwa. Tak hanya itu, jutaan orang juga kehilangan tempat tinggal.(bbc/iss)