Rabu, 15 Mei 2024

Pandemi Covid-19 Dinamis, Semua Pihak Dituntut Selalu Belajar

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Ilustrasi. Orang memakai masker. Foto: Pixabay

Pandemi masih terus berlangsung dengan situasi yang dinamis. Semua pihak dituntut untuk selalu belajar dan bisa menangani pandemi ini secara bersama-sama.

Hal itu mengemuka dalam pelatihan asisten tenaga kesehatan (nakes) yang digelar oleh DPP PDI Perjuangan (PDIP) dari Gedung Sekolah Partai, di Jalan Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Senin (2/8/2021).

I Wayan Agus Kepala Satgas Covid-19 RSPAD Gatot Subroto menjelaskan bahwa pandemi Covid-19 ini memiliki karakter berbeda dengan kasus SARS dan MERS yang terjadi sejak awal tahun 2000-an. Covid-19 jadi lebih berbahaya karena penularannya antar manusia, beda dengan SARS dan MERS yang penularannya dari hewan ke manusia. Sifat mutasi Covid-19 lebih cepat, tingkat penularan lebih cepat, sehingga korban meninggal lebih banyak.

Covid-19 juga berbeda dengan pandemi cacar, yang penyakitnya mudah dilihat. Covid-19 memiliki karakter klinis yang bervariasi. Selain itu, Covid memiliki banyak varian, berbeda dengan cacar. Untuk catatan, vaksin cacar ditemukan tahun 1700-an, namun pandemi bisa diatasi setelah hampir 200 tahun.

Sampai saat ini, angka positivity rate Indonesia di angka 19,1, sementara standar WHO bahwa pandemi terkendali adalah bila angkanya adalah 5 persen.

“Maka ini masih sangat mengkhawatirkan di Indonesia. Secara epidemiologi, status kita masih merah. Walau tingkat kepenuhan ruang perawatan sudah berkurang,” kata I Wayan Agus.

Dia juga memaparkan pengalaman pihaknya bersentuhan di lapangan dengan kasus-kasus Covid-19. Bagaimana ada sejumlah ciri khas awal penderita Covid seperti sesak, batuk, dan demam. Namun ketika penyakit terus berlanjut, akan memunculkan berbagai macam penyakit ikutan.

“Semua sistem organ bisa diserang oleh Covid. Kalau di otak bisa timbulkan stroke, kejang. Kalau mata bisa menyebabkan mata merah. Kardiovaskuler bisa tingkatkan risiko pembekuan darah, dan lain-lain. Inilah klinis Covid yang kadang sangat sulit dideteksi. Tak sekedar di paru atau pernapasan,” beber I Wayan Agus.

“Itu makanya kami di lapangan menyebutnya penyakit 1000 wajah. Karena foto rontgen bisa jadi apa saja, penyakit penyertanya juga muncul. Kita ibarat meraba wajah dalam gelap. Bisa dari sisi mana saja karena memunculkan berbagai masalah yang bisa muncul. Itu masalah klinis yang dihadapi,” tambahnya.

Namun yang jelas, pihaknya menyimpulkan bahwa proses menangani pandemi Covid-19 akan dinamis dan takkan selesai dalam satu-dua tahun.

“Kesimpulannya Covid sangat dinamis, dan terus bermutasi. Vaksin kita harapkan menjadi game changer yang membuatnya end game. Yang jelas, kita dituntut selalu belajar bagaimana menangani Covid ini bersama-sama,” tegas I Wayan Agus.

Dr. Meta Melviana, yang berpengalaman menangani pasien Covid, mengatakan pihaknya mengapresiasi inisiasi PDIP melaksanakan pelatihan nakes. Dengan pelatihan ini, pihaknya berharap para asisten nakes memiliki kompetensi.

“Diharapkan asisten nakes memiliki kompetensi pengetahuan, kompetensi keterampilan, kompetensi sikap, dan kompetensi kemampuan bekerja dalam tim,” kata Meta.

Meta juga menceritakan berbagai pengalamannya menyembuhkan para pasien Covid yang dirawatnya. Satu yang menarik adalah ketika Meta menyebut mayoritas pasiennya sembuh, namun ada juga yang meninggal. Dan yang wafat ini karena kondisi semakin memburuk namun menolak untuk dirawat di rumah sakit.

“Jika memang semakin memburuk, harus dibawa dan dirawat di rumah sakit. Pasien saya yang meninggal itu yang menolak untuk dibawa dan dirawat di rumah sakit,” kata Meta.

Dia juga mengaku pernah terpapar Covid-19. Satu yang dialami oleh Meta, dirinya mengalami kondisi makin parah karena mengalami stres. Sebab saat terkena Covid-19, dirinya masih tetap harus melayani pasien yang dirawatnya, dan sibuk mengalihkannya kepada para rekan dokternya. Akhirnya imun tubuhnya makin menurun. Situasi berubah ketika Meta akhirnya mematikan semua alat komunikasi dan berusaha meningkatkan imun tubuhnya lewat mental yang lebih kuat.

“Jadi bagi yang kena Covid, tak boleh sampai stres supaya imunnya menguat dan bisa sembuh. Tentu saja ada komorbid dan berat badan berlebihan juga mempengaruhi proses penyembuhan,” kata Meta.(faz/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Kurs
Exit mobile version