Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama mencatat ada 34.000 permohonan dispensasi kawin sepanjang Januari hingga Juni 2020. 97 persen di antaranya dikabulkan dan 60 persen lainnya yang mengajukan ialah anak di bawah usia 18 tahun.
Menurut Dr dr Ernawati SpOG (K), kehamilan pada remaja dapat menyebabkan risiko yang tinggi. Selain itu, dari sisi reproduksi, organ dalam remaja pada saat itu belum matang, dan jika serviksnya terpapar fungsi seksual terlalu dini maka risiko untuk terjadi kanker serviks juga meningkat.
“Kalau sel-sel pada serviks terkena paparan terlalu dini, maka risiko terjadinya perubahan sel akan meningkat. Sehingga risiko kanker serviks kedepannya juga lebih tinggi,” ujar Ernawati, dalam keterangan tertulis yang diterima suarasurabaya.net, Rabu (21/9/2022).
Serviks dapat disebut juga dengan leher rahim. Sedangkan kanker serviks terjadi ketika terdapat sel-sel di leher rahim berkembang secara tidak normal dan tidak terkendali.
Ketua Program Studi Spesialis 1 Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (UNAIR) itu juga mengungkapkan, bahwa kehamilan usia remaja rentan mengalami komplikasi seperti preeklamsia/tekanan darah tinggi yang berkembang selama kehamilan, hingga hambatan pertumbuhan pada bayi yang risikonya lebih tinggi pada kehamilan di bawah umur.
Sementara itu, Dr Birama Robby staff pengajar Program Studi Spesialis 1 Obstetri dan Ginekologi FK UNAIR mengatakan, “salah satu faktor risiko kanker serviks itu pernikahan dini, jadi hubungan seks yang dilakukan terlalu awal,” paparnya.
Sebelumnya, salah satu pernikahan dini yang pernah menjadi sorotan adalah pernikahan kakek 50 tahun dengan remaja berusia 14 tahun di Lombok yang viral di media sosial.
Padahal, pemerintah telah mengatur Undang-undang No.16 tahun 2019 perubahan atas Undang-Undang No. 1 tahun 1974 mengenai batas usia perkawinan yaitu minimal 19 tahun. (des)
