Jumat, 29 Maret 2024

Google Doodle Tampilkan Sosok Sapardi Djoko Damono

Laporan oleh Ika Suryani Syarief
Bagikan
Tampilan ilustrasi Sapardi Djoko Damono di Google Doodle pada Senin (20/3/2023) sebagai peringatan ulang tahunnya ke-83. Foto: Google

Google Doodle hari ini, Senin (20/3/2023), menampilkan ilustrasi Sapardi Djoko Damono sebagai peringatan ulang tahunnya yang ke-83.

Ilustrasi Sapardi di huruf ‘O’ itu lengkap menggunakan topi dan kacamata dengan membawa payung serta menenteng buku diiringi rintik hujan.

Sapardi merupakan sastrawan terkemuka Indonesia dengan berbagai karya luar biasa sudah pernah lahir dari mahir tangannya dalam menulis sajak-sajak sederhana namun mampu menyejukkan jiwa.

Catatan karir Sapardi juga sangat luar biasa. Tercatat pada 1969, Sapardi mengeluarkan kumpulan puisi pertamanya yang berjudul “dukaMu abadi”. Pada masa itu, sebagian besar sastrawan Indonesia fokus pada gagasan sosial, namun Sapardi lebih memilih fokus pada kondisi manusia. Karena kesuksesan buku tersebut, Sapardi diangkat menjadi Guru Besar Ilmu Susastra di Universitas Indonesia pada tahun 1995.

Sepanjang hidupnya, Sapardi banyak meraih penghargaan internasional maupun nasional, diantaranya Cultural Award (1978), Anugerah Puisi Putra (1983), The SEA Write Award (1986), Anugegrah Seni Departemen Pendidikan dan Kebudayaan (1990), Kalyana Kretya (1996), Achmad Bakrie Award (2003), Akademi Jakarta (2012), Habibie Award (2016), dan ASEAN Book Award (2018).

Tidak hanya raihan prestasinya yang patut dibanggakan, Sapardi juga diketahui mendirikan Perhimpunan Cendekiawan Sastra Indonesia dengan maksud mempromosikan seni ke seluruh negeri.

Sapardi juga diketahui menerjemahkan karya sastra dunia ke dalam bahasa Indonesia, dengan salah satu terjemahannya paling terkenal yakni The Old Man and the Sea karya Ernest Hemingway.

Kemudian, pada 1994, Sapardi menerbitkan “Hujan Bulan Juni”, sebuah buku yang berisi kumpulan puisi terbaiknya. Karya ini menjadi inspirasi bagi banyak musisi untuk membuat komposisi dengan tema serupa.

Sangat disayangkan, publik Indonesia harus rela kehilangan salah satu penyair terbaiknya pada 19 Juli 2020 lalu dalam usia 80 tahun. Kehilangan sang pujangga, tidak membuat karya-karyanya mati. Sampai saat ini, puisinya masih abadi dan dibaca oleh umat di seluruh dunia, menjadi syair bagi generasi-generasi penulis berikutnya.(ihz/rst)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil Porsche Seruduk Livina di Tol Porong

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Kurs
Exit mobile version