Sabtu, 5 Oktober 2024

Pakar Tata Kota ITS: Perkembangan Surabaya Barat Sangat Pesat dan Melebihi Ekspektasi

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi. Gemerlap wilayah barat Kota Surabaya di kala petang. Foto: PLN Ilustrasi. Gemerlap wilayah barat Kota Surabaya di kala petang. Foto: PLN

Pada Maret 2024 lalu, Pemkot Surabaya memprioritaskan program “Compact City” di kawasan Surabaya Barat.

Irvan Wahyudradjat Kepala Bappedalitbang Surabaya menjelaskan, “Compact City” bertujuan mendekatkan fasilitas publik kepada masyarakat, seperti layanan kesehatan, administrasi kependudukan, perpustakaan, hingga konseling yang tersedia di kelurahan, kecamatan, Balai RW, dan Mal Pelayanan Publik (MPP).

Menurut Irvan, kunci kota efisien atau “Surabaya Hebat” adalah meminimalisasi jarak dan biaya masyarakat. Rumah sakit, puskesmas, sekolah, dan fasilitas olahraga diratakan penyebarannya.

Hiburan rakyat juga diprioritaskan di Surabaya Barat, seperti Romokalisari Adventure Land, Kebun Raya Mangrove, dan Tahura Mangrove, yang bukan hanya menarik wisatawan tapi juga menggerakkan ekonomi lokal. Pemkot mungkin akan memanfaatkan lahan atau aset di tiap kecamatan, termasuk prasarana, sarana, dan utilitas umum (PSU) yang sudah diserahkan pengembang.

Fokus pengembangan mulai Agustus nanti mencakup Jeruk, Bangkingan, Sumur Welut di Kecamatan Lakarsantri; Made di Kecamatan Sambikerep; dan Tengger Kandangan di Kecamatan Benowo. Diharapkan program ini menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi di Surabaya Barat. “Compact City” diharapkan akan memudahkan warga mengakses berbagai kebutuhan tanpa perlu transportasi jauh.

Putu Rudy Satiawan pakar tata ruang kota dan lingkungan hidup Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menjelaskan, kawasan Surabaya Barat yang sudah dirancang sejak 1992, kini berkembang luar biasa, bahkan melebihi ekspektasi.

“Pada 1992, kami dari ITS diminta untuk merancang tata ruang di Surabaya. Sejak saat itu, mulai 1992 hingga sekarang, ternyata pertumbangan yang ada sekarang sudah di luar ekspektasi atau pun perencanaan yang telah kami susun waktu itu,” terang Putu Rudy dalam program Wawan Radio Suara Surabaya, Selasa (10/9/2024).

Menurutnya, perkembangan di Surabaya Barat erat kaitannya dengan Kabupaten Gresik. Sebab Gresik juga ingin mengembangkan Gresik Selatan, seperti Menganti, Kedamean, hingga Driyorejo. Hanya saja, perkembangannya sporadis.

“Tetapi kemudian ada Surabaya Barat yang berkembang. Perkembangan Surabaya Barat itu sudah lepas dari predikat kota satelit-nya surabaya. (Kini) Surabaya Barat adalah sebuah kawasan baru yang berkembang lintas wilayah,” terangnya.

Putu Rudy menambahkan, perkembangan Surabaya Barat tidak lagi terpusat dengan norma-norma tata ruang Surabaya. Sebab perkembangan Surabaya Barat itu juga mengarah ke Gresik Selatan. Ditambah lagi tumbuh sejumlah infrastruktur pendukung seperti Tol dan Jalan Lingkar Luar Barat (JLLB).

“Kalau saya menilai sekarang, perkembangannya luar biasa dan tidak bisa kita kaitkan dengan struktur maupun kebutuhan ruang maupun properti yang ada di Kota Surabaya. Dia sudah seolah-olah menjadi sebuah entitas yang punya perkembangan dan punya energi untuk berkembang yang luar biasa,” tegasnya.

Terkait dengan akses, Putu Rudy memprediksi keberadaan JLLB akan menjadi jalan yang strategis. Bahkan diprakirakan akan menjadi jalan utama di tengah kawasan yang tengah berkembang saat ini.

Dalam hal hunian, Surabaya Barat memiliki banyak pilihan yang ditawarkan. Putu Rudy menambahkan, berdasarkan laporan Colliers Indonesia, Surabaya Barat masih menjadi pilihan investor untuk pengembangan apartemen. Lalu tingkat permintaan apartemen juga dominan di Surabaya Barat. Angkanya sekitar 80 persen dari transaksi apartemen di Surabaya Barat.

“Kemudian, harga apartemen di Surabaya Barat itu masih yang tertinggi dibandingkan dengan wilayah lain di Kota Surabaya. Lalu tingkat okupansi atau occupancy rate apartemen di Surabaya Barat itu juga paling tinggi dibandingkan dengan occupancy rate di wilayah lain di Kota Surabaya. Itu fenomena yang ada berdasarkan data dari Colliers,” ungkapnya.

Lantas, mengapa hal ini bisa terjadi? Putu Rudy menjabarkan beberapa alasan utama. Satu di antaranya adalah infrastruktur. Ini menjadi magnet di kawasan Surabaya Barat, baik yang dibangun pemerintah maupun pengembang.

Tidak hanya itu saja, Putu Rudy menilai ada fenomena perkembangan yang progresif di Surabaya Barat. Baik itu ruangnya, baik itu aktivitasnya, maupun masyarakat atau warganya.

“Sekarang sudah terwujud Surabaya Barat sebagai kota mandiri. Semua kegiatan ada di Surabaya Barat. Aktivitas fasilitas umum seperti sekolah, rumah sakit, bahkan perguruan tinggi ada di sana. Maka Surabaya Barat makin independen. Tidak perlu lagi ke Surabaya Pusat kecuali aktivitas-aktivitas tidak harian,” terangnya.

Terkait dengan “Compact City”, Putu Rudy menyebut Surabaya Barat mengalami pemadatan dengan berkembangnya permukiman vertikal. Jika hal ini dikelola dengan baik, Putu Rudy menilai semestinya bisa dirancang dengan konsep “Compact City”.

“Compact City kan dirancang, harus ada action. Tidak kemudian auto development. Surabaya sebetulnya tidak dirancang sebagai Compact City, justru Surabaya Barat yang bisa seperti itu,” terangnya.

Putu Rudy menambahkan, perkembangan Surabaya Barat tak lagi harus berkaitan dengan Surabaya. Selain itu, Surabaya Barat berada di wilayah yang independen. Selain itu, Surabaya Barat bisa meluas ke arah Barat hingga Gresik Selatan.

Surabaya juga disebut terus mengalami magnifikasi. Jadi kalau dilihat investasi properti, misalnya, sepanjang jalan Wiyung, Lidah Kulon, Lidah Wetan, terus terjadi secara terus menerus. Apalagi Jalan Raya Lidah akan diperlebar. Hal ini akan semakin mendorong perkembangan Surabaya Barat.

Ia tak menampik jika harga hunian di Surabaya Barat, utamanya hunian vertikal, memang lebih tinggi daripada wilayah Surabaya lainnya. Namun tetap menjadi incaran karena semua aktivitas ada di satu tempat di Surabaya Barat.

“Tempat-tempat olahraga, tempat nongkrong, pendidikan, semua ada di Surabaya Barat. Dan aksesnya akan dipermudah ketika JLLB nanti beroperasi penuh. Selain itu, tinggal di Surabaya akan menambah prestigious value tersendiri,” terangnya.

Putu Rudy menyebut, Kota Surabaya telah dirancang sejak era penjajahan Belanda. Yang terjadi saat ini adalah melanjutkan dan mengikuti tren pasar. Ia menyebut tren pasar di Surabaya pusat, timur, selatan, tidak mengadopsi konsep Compact City.

“Saya punya pandangan begini, ketika Surabaya Barat berkembang dan kemudian perkembangannya lintas wilayah ke arah Gresik, maka seharusnya Surabaya juga mendukung penyediaan transportasi publik, misalnya, itu juga ke sana. Seharusnya transportasi publik bisa lintas wilayah. Seperti di Jakarta, Yogyakarta, dan Semarang. Membangun transportasi publik harus ke arah Surabaya Barat dan lanjut ke Gresik,” pesannya.

Kepada pengembang baru, di luar sembilan pengembang lama di Surabaya Barat, Putu Rudy berharap mereka tidak mengembangkan kawasannya secara individual. Melainkan juga memikirkan bagaimana pengembangan Surabaya Barat ke depan dengan mentaati rencana-rencana tata ruang, terutama rencana main infrastructure-nya.

“Juga jangan dilupakan rencana-rencana pengembangan Gresik Selatan. Itulah kemudian yang seharusnya dipikirkan oleh pengembang-pengembang baru. Seperti halnya sembilan pengembang lama yang memikirkan kawasannya secara lebih luas, tidak hanya memikirkan kawasannya sendiri. Ketika semua infrastruktur utama itu dikontribusikan, maka tentunya akan memberikan manfaat bagi mereka juga. Itu akan semakin meningkatkan economic value dari properti mereka masing-masing,” tuturnya. (saf/ham)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Kecelakaan Mobil Box di KM 12 Tol Waru-Gunungsari

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Kurs
Exit mobile version