Rabu, 14 Mei 2025

China Peringatkan Negara Lain Tak Buat Kesepakatan Dagang dengan AS yang Merugikan Beijing

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Ilustrasi perang dagang Amerika Serikat dengan China. Grafis: Dukut suarasurabaya.net

China pada, Senin (21/4/2025), memperingatkan negara-negara lain untuk tidak membuat kesepakatan dagang dengan Amerika Serikat (AS) yang berpotensi merugikan kepentingan Beijing. Peringatan ini disampaikan di tengah memanasnya perang dagang antara AS dan China yang merupakan dua kekuatan ekonomi terbesar dunia.

“Kami akan menentang dengan tegas setiap pihak yang membuat kesepakatan dengan mengorbankan China dan akan mengambil tindakan balasan secara tegas dan timbal balik,” demikian pernyataan Kementerian Perdagangan China yang dilansir Reuters.

Pernyataan tersebut menanggapi laporan Bloomberg yang menyebut bahwa pemerintahan Donald Trump Presiden sedang menyiapkan tekanan terhadap negara-negara yang meminta pengurangan atau pengecualian tarif dari AS. Syaratnya, negara tersebut harus mengurangi hubungan dagangnya dengan China, termasuk sanksi keuangan jika tidak patuh.

Pada 2 April lalu, Trump sempat menangguhkan pengenaan tarif besar terhadap puluhan negara, namun tetap memberlakukan tarif tinggi terhadap China. Washington telah menaikkan tarif impor dari China hingga 145 persen, dan dibalas oleh Beijing dengan tarif balasan sebesar 125 persen terhadap produk AS. Meski begitu, pekan lalu China menyatakan tidak akan menaikkan tarif secara menyeluruh lebih lanjut.

“Amerika Serikat telah menyalahgunakan tarif terhadap semua mitra dagangnya dengan dalih ‘kesetaraan’, sembari memaksa negara-negara tersebut untuk memulai negosiasi tarif timbal balik,” kata juru bicara Kementerian Perdagangan China.

China menegaskan pihaknya memiliki kemampuan untuk mempertahankan hak dan kepentingannya, serta bersedia memperkuat solidaritas dengan semua pihak.

“Faktanya, tidak ada negara yang ingin dipaksa memilih pihak,” kata Bo Zhengyuan, mitra di lembaga konsultasi kebijakan Plenum yang berbasis di China.

“Jika suatu negara sangat bergantung pada China dalam hal investasi, infrastruktur industri, pengetahuan teknologi, dan konsumsi, saya rasa mereka tidak akan mengikuti tuntutan AS. Banyak negara Asia Tenggara termasuk dalam kategori ini,” lanjut Bo.

Dalam sikap kerasnya, China dijadwalkan akan menggelar pertemuan informal Dewan Keamanan PBB pekan ini untuk menuduh AS melakukan intimidasi dan “menghambat upaya global dalam perdamaian dan pembangunan” melalui senjata tarif.

Awal bulan ini, Jamieson Greer Perwakilan Dagang AS menyebut hampir 50 negara telah menghubunginya untuk membahas tarif tambahan yang diberlakukan oleh Presiden Trump.

Beberapa pembicaraan bilateral soal tarif sudah berlangsung. Jepang, misalnya, sedang mempertimbangkan untuk meningkatkan impor kedelai dan beras dari AS. Indonesia juga berencana menambah impor bahan pangan dan komoditas dari AS, sekaligus mengurangi pesanan dari negara lain.

Pemerintahan Trump belakangan juga berupaya membatasi kemajuan China dalam pengembangan chip semikonduktor canggih yang dinilai dapat digunakan untuk tujuan militer. Pekan lalu, AS memberlakukan tarif pelabuhan terhadap kapal buatan China untuk menekan dominasi Beijing di industri galangan kapal.

Raksasa chip AI, Nvidia, menyatakan akan mencatat kerugian sebesar USD 5,5 miliar akibat pembatasan ekspor chip ke China oleh pemerintah AS.

Sementara itu, Xi Jinping Presiden China melakukan lawatan ke tiga negara Asia Tenggara pekan lalu untuk memperkuat hubungan regional dan mendorong negara-negara mitra dagang agar menolak tekanan unilateral dari AS.

“Tidak ada pemenang dalam perang dagang dan perang tarif,” tulis Xi dalam artikel yang dipublikasikan media Vietnam, tanpa menyebut langsung Amerika Serikat. (ant/bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Mobil Terbakar Habis di KM 750 Tol Sidoarjo arah Waru

Kecelakaan Dua Truk di KM 751.400 Tol Sidoarjo arah Waru

Kurs
Exit mobile version