Auckland City menjadi satu-satunya klub amatir dalam Piala Dunia Antarklub 2025. Klub asal Selandia Baru ini tergabung dalam satu grup bersama Bayern Munich, Benfica, dan Boca Juniors.
Meski berstatus tim amatir, Auckland City bukanlah nama asing di panggung global. Mereka menjuarai Liga Champions Oseania sebanyak 13 kali dan berpartisipasi dalam sepuluh edisi Piala Dunia Antarklub, termasuk finis di peringkat ketiga pada 2014 setelah mengalahkan Cruz Azul.
Kini, dalam format baru turnamen yang menjamin minimal tiga pertandingan grup, Auckland City akan memulai kiprahnya melawan juara Bundesliga, yakni Bayern Munich di Stadion TWL Cincinnati, Amerika Serikat, Minggu (22/6/2025) waktu setempat.
“Ketika undian diumumkan dan kami tahu akan menghadapi Bayern, semua orang di ruang klub tertawa. Kakak saya bahkan bilang, ‘Harry Kane bakal cetak sepuluh gol ke gawangmu!’” ujarConor Tracey kiper Auckland City dilansi dari ESPN, Minggu (15/6/2025)
Klub yang bermarkas di Selandia Baru ini jauh dari kata profesional. Para pemainnya menjalani kehidupan ganda: bekerja penuh waktu di siang hari, berlatih malam harinya.
Tracey sendiri bekerja sebagai pengawas gudang perlengkapan hewan, mengatur distribusi obat-obatan untuk dokter hewan di seluruh negeri.
“Cuti selalu jadi tantangan. Kami semua berlatih malam hari setelah bekerja, dan sering baru sampai rumah pukul 9 malam. Bagi yang punya keluarga, itu tidak mudah,” ungkapnya.
Berbeda dari Auckland FC yang bermain di liga profesional Australia dan tidak bisa mewakili Selandia Baru di kompetisi kontinental, Auckland City justru menjadi satu-satunya klub dari Oseania yang rutin tampil di turnamen dunia.
“Kami mewakili 99,9 persen pemain sepak bola di luar sana—semua yang bukan profesional. Ini bukan pekerjaan mudah,” kata Tracey.
Meski terbiasa mendominasi permainan di kompetisi domestik, Auckland City tahu mereka akan lebih banyak bertahan di turnamen ini. Pelatih dan pemain mempersiapkan pendekatan kolektif yang realistis menghadapi tim-tim kelas dunia.
“Kami sudah tahu kami harus mengubah cara bermain. Tapi kami sudah bekerja keras untuk bisa sampai sini, dan bagi kami, berada di turnamen ini saja sudah merupakan pencapaian besar,” kata Tracey.
Mewakili Oseania, Auckland City membawa misi lebih besar dari sekadar hasil pertandingan: membuktikan bahwa sepak bola bukan hanya milik elite, tetapi juga milik jutaan pemain dan penggemar yang bermain dengan semangat tanpa pamrih. (saf/ham)