Senin, 7 Oktober 2024

Viral Kasus Gagal Ginjal, Orang Tua Diminta Paham Komponen Makanan untuk Anak

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Gagal ginjal adalah kondisi medis di mana ginjal tidak lagi mampu menyaring limbah dan kelebihan cairan dari darah secara efektif. Foto: iStock

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) mendorong pengawasan ketat terhadap makanan yang beredar di masyarakat. Terutama untuk produk-produk yang gemar dikonsumsi oleh anak-anak.

Sebab, meskipun harganya sangat murah, namun makanan tersebut ternyata meninggalkan persoalan untuk anak-anak yang belum memahami komposisi gizi seimbang.

Apalagi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) sempat menyatakan bahwa satu dari lima anak mengalami gangguan ginjal.

Menyikapi hal itu, dr. Ari Baskoro Sp.PD. Konsultan Bidang Imunologi Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair) Surabaya mengamini bahwa kasus ganguan ginjal kronis di Indonesia meningkat tajam. Pemicunya beragam, termasuk diabetes dan hipertensi.

“Saya dengar bahwa diabetes pada anak meningkat 70 persen. Meningkat karena komponen gula, lemak, dan garam,” kata Ari dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, Rabu (31/7/2024) pagi.

Selain itu, ada komponen lain yang juga menjadi penyebab, yakni pengawet, penyedap, pewarna, dan pemanis. Keempat komponen itu disebutnya kurang banyak disorot.

Ia pun mencontohkan kasus roti yang mengandung bahan pengawet berbahaya yang sempat viral beberapa pekan lalu. Juga kasus lain yakni boraks yang marak dipakai dalam pembuatan makanan seperti bakso.

Dalam kasus anak-anak, ada pula makanan yang mengandung nitrogen cair yang bikin mengebul. Selain itu, terdapat pelbagai mananan mengandung perwarna sehingga menarik minat anak-anak.

“Namanya anak-anak memang tidak mengerti. Mereka mencontoh orang dewasa. Baik itu pola makan maupun lifestyle. Iklan di media sosial juga tanpa batas. Ini yang perlu diedukasi mengenai komponen makanan yang berpotensi menjadi penyakit, khususnya gagal ginjal,” ungkapnya.

Ari Baskoro mengamini bahwa penyebab gagal ginjal di anak memang multifaktor. Oleh sebab itu, pemerintah, dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), turun langsung untuk mengendalikan peredaran makanan yang memiliki kandungan berbahaya.

Selain itu, ia juga menyarankan untuk mengurangi konsumsi gula. Impor gula juga harus dibatasi. Sebab, menurut Ari, Indonesia merupakan negara pengonsumsi gula terbesar di dunia.

“Gula, ada hubungannya juga dengan pemanis buatan, memicu gangguan perilaku. Bisa hiperaktif, menyulut kanker, dan alergi,” ujarnya.

Prevalensi diabetes dan obesitas akan meningkat dengan berlebihnya konsumsi gula dan kalori. Ketika sudah menderita diabetes, hipertensi, dan obesitas, hal itu akan memicu ke penyakit lain, termasuk gangguan ginjal.

“Orang tua harus tahu komponen makanan untuk anak. Dulu makan sayur dan buah itu komponen utama. Kalau anak sekarang tidak mau buah dan sayur, cenderung ke fast food. Pola makan akan berpengaruh dampak jangka panjang,” tegasnya. (saf/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Pabrik Plastik di Kedamean Gresik

Kecelakaan Mobil Box di KM 12 Tol Waru-Gunungsari

Pipa PDAM Bocor, Lalu Lintas di Jalan Wonokromo Macet

Kurs
Exit mobile version