Selasa, 14 Mei 2024

Jabar dan Jatim Kerja Sama Swasembada Daging dan Mobil Listrik

Laporan oleh Denza Perdana
Bagikan
Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat berkunjung ke Jawa Timur, Kamis (20/1/2022), salah satunya untuk menandatangani kerja sama ekonomi dengan Khofifah Gubernur Jatim. Foto: Humas Pemprov Jatim

Ridwan Kamil Gubernur Jawa Barat berkunjung ke Jawa Timur, Kamis (20/1/2022), salah satunya untuk menandatangani kerja sama ekonomi dengan Khofifah Gubernur Jatim.

Kerja sama itu antara lain di bidang swasembada daging sapi dan pengembangan mobil listrik dengan cara melakukan hilirisasi industri keduanya dengan skema government to government.

“Alhamdulillah akhirnya kita bisa formalisasi sebuah cita-cita, meningkatkan volume kerja sama perdagangan antarprovinsi yang selama ini lebih ke bisnis to bisnis ke level government to government atau G to G,” ujar Ridwan Kamil.

Penandatanganan kerja sama itu berlangsung di Gedung Negara Grahadi, Surabaya. Menurut pria yang akrab disapa Kang Emil itu, persiapkan kerja sama ini sudah berlangsung sekian lama.

“Penduduk kami (Jawa Barat) 50 juta. Swasembada pangan jadi sebuah catatan selama Covid-19 sebagai ekonomi kedaulatannya harus dijaga. Jawa Barat masih banyak impor sapi, karena itu kami ingin belajar dari Jatim,” ujarnya.

Emil menyatakan, Jabar terutama ingin belajar dari Balai Besar Inseminasi Buatan peternakan sapi yang ada di Singosari, Malang. Juga industri Rumah Potong Hewan yang dikonsep dengan halal di Jatim.

“Kemudian, kami punya kekuatan di sektor industri manufaktur, di mana industri mobil kami ekosistem IKM-nya sudah sangat terbentuk, sehingga kuat dengan visi mobil atau kendaraan listrik,” katanya.

Kang Emil dan Khofifah pun sepakat menjalni kerja sama pengembangan mobil listrik memanfaatkan sumber mineral di Jawa Timur yang sangat berpotensi menggantikan bahan baku baterai.

“Jadi merakit mobilnya di Jawa Barat, sumber baterainya di Jawa Timur. Karena kita tahu, kendaraan listrik ini yang mahal baterainya. Sampai ada cerita, orang beli Tesla, terus ada masalah, ternyata dia harus beli (sparepart) hampir dua per tiga harga mobilnya,” ujarnya.

Khofifah mengatakan, Balai Besar Inseminasi Buatan di Singosari, Malang, memiliki potensi luar biasa. Jabar juga punya potensi yang luar biasa. Baik SDM yang banyak, juga peternakan juga sudah jadi bagian dari kultur masyarakatnya.

“(Kerja sama ini) bagaimana meningkatkan produktivitas dari apa yang bisa disuport oleh Balai Besar Inseminasi Buatan. Tidak sekadar budidaya sapinya tapi juga RPH halalnya,” ujar Khofifah.

RPH Halal, menurut Khofifah menjadi penting karena selama ini impor daging yang masuk ke Tanah Air sebagian besar dari Timur Tengah, dari Malaysia, dan Brunei Darussalam yang disuport Brazil, Australia, dan New Zealand.

“Karena mereka (Brazil, Australia, dan New Zealand) memang menyiapkan RPH Halal dengan sangat higienis, sangat advance, dan sangat modern. Kita (Indonesia) rasanya punya kemampuan untuk itu,” ujarnya.

Khofifah berharap, kerja sama Jatim-Jabar itu nantinya tidak hanya sekadar mendukung swasembada daging di Tanah Air, tapi juga bisa menyiapkan RPH Halal dengan kualitas ekspor.

Di bidang Industri Halal, Khofifah juga ingin menjalin kerja sama di bidang Industri Fashion Moslem dengan potensi yang dimiliki oleh kedua provinsi, sehingga bisa mendunia.

Tadi saya juga sampaikan, industri fashion moslem dunia kita ini luar biasa. Garmennya ada di Jawa Barat. Desainer desainernya jawa barat punya banyak tapi jatim juga punya banyak,” katanya.

Khofifah mengatakan, kalau di Jawa Barat banyak pelaku bordir, Jatim pelaku bordirnya juga tidak kalah banyak. Jawa Barat punya tenun, Jawa Timur juga punya banyak tenun.

“Artinya bahwa desainer-desainer yang ada di Jabar dan Jatim sebenarnya bisa membangun sinergi luar biasa, garmennya ada di Jabar tapi pikiran kreatif akan menjadi luar biasa. Marketnya juga luar biasa,” ujarnya.

Kemudian di bidang otomotif, Khofifah mengakui, saat ini trennya memang mobil listrik. Dia ungkapkan, Jatim punya sumber Dolomit yang menurut penelitian berpotensi lebih baik dari nikel sebagai bahan baterai.

“Dari update (penelitian di) laboratorium yang sedang dilakukan di sejumlah negara, Dolomit ini rupanya punya efektivitas yang jauh lebih bagus daripada nikel. Kita tunggu hasilnya sambil kita siapkan hilirisasinya,” ujarnya.

Industri perakitan otomotif akan tetap dilakukan di Jawa Barat, sementara Jawa Timur akan menyiapkan baterai mobil listrik berbasis dolomit. Dia berharap kerja sama itu bisa menjadi faktor penguat satu sama lain kedua provinsi.

“Bisa saling menguatkan, saling menguntungkan, dan saling memberikan nilai tambah,” katanya.

Kang Emil menambahkan, upaya kerja sama hilirisasi industri antarprovinsi ini dia harapkan bisa menunaikan pesan Joko Widodo Presiden mengenai perkembangan teknologi yang ada.

“Pertama, Hilirisasi Industri, mineralnya jangan dijual mentah tapi dihilirisasi di Jatim. Kedua Ekonomi hijau dan ketiga ekonomi digital. Nah ini tiga pesan nasional yang akan kami kerja samakan,” ujarnya.(den/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Massa Hari Buruh Berkumpul di Frontage Ahmad Yani

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Kurs
Exit mobile version