Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang akan meningkatkan pemantauannya dengan menyebarkan para relawan bencana untuk menginformasikan setiap potensi bencana yang terjadi.
Dikatakannya, sejauh ini baru 3 alat deteksi longsor manual dengan piranti sederhana yang telah dipasang di 3 Dusun, yakni Dusun Krajan, Dusun Jonggrang dan Dusun Sriti.
“Ketiga detektor ini merupakan bantuan dari BNPB (Badan Nasional Penanggulangan Bencana) yang dipasang oleh rekanan BPBD Provinsi Jatim. Alat itu dipasang di bukit dengan ketinggian 25 meter yang rawan terjadi pergerakan tanah,” paparnya.
Alat detektor longsor itu sistem kerjanya manual, yakni berupa mekanis EWS (Early Warning System) dilengkapi sirine dengan tenaga surya yang dipasang di atas bukit. Sedangkan dibawahnya, dipasang tali yang sangat sensitif ketika terjadi pergerakan tanah.
“Ketika tanah bergerak 5 centimeter saja, tali itu akan menarik tuas mekanis EWS yang ada di atas bukit sehingga sirine secara otomatis akan berbunyi keras. Sehingga masyarakat ada waktu untuk menyelamatkan diri,” jelasnya.
Selain itu, Kecamatan Pasrujambe di Dusun Tulungrejo, Kecamatan Senduro di Desa Argosasi, Kecamatan Gucialit di Desa Wonokerto, Kecamatan Padang, Kecamatan Klakah di Desa Sawaran Lor, Kecamatan Randuagung di Desa Kalipenggung dan Kalidilem dan Kecamatan Ranuyoso di Desa Jenggrong.
Di seluruh wilayah Kecamatan yang rawan longsor ini, belum dipasang detektor pergerakan tanah. Namun BPBD Kabupaten Lumajang telah menindaklanjuti dengan surat ke instansi terkait untuk menggelar sosialisasi. (her/ono/rst)
Teks Foto :
– Purwanto, SH Sekretaris BPBD Kabupaten Lumajang.
– Potret bencana longsor yang terjadi di Kabupaten Lumajang.
Foto : Sentral FM.