Kamis, 17 Juli 2025

Lumajang Kembangkan Budidaya Kopi Semeru

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan
Ilustrasi.

Pemerintah Kabupaten Lumajang terus mendorong pengembangan varietas kopi sebagai salah satu komoditi unggulan.

Pemkab bekerja sama dengan Balai Penelitian Kopi dan Kakao untuk mengembangkan varietas kopi yang spesifik di lereng Gunung Semeru ini. Tanaman kopi yang dibudidayakan ini memiliki cita-rasa tersendiri dan berbeda dengan kopi dari daerah lainnya.

“Contohnya, Kopi Watuklosot yang sudah dikembangkan oleh petani lereng Gunung Semeru di daerah Watuklosot. Kopi ini memiliki cita-rasa berbeda karena secara klimatologi maupun unsur di dalam tanah lereng Gunung Semeru, menjadikan cita-rasa kopinya spesifik,” katanya Drs Mahmud Kepala Kantor Perkebunan Kabupaten Lumajang.

Petani dilatih untuk menerapkan standar operasional prosedur (SOP), GAP (Good Agriculture Practices). “Ini baru kita latih di Desa Burno, Kecamatan Senduro. Mereka sudah membentuk kelompok tani,” ujarnya.

Pemkab juga mengenalkan cita-rasa kopi Lumajang kepada masyarakat secara luas. “September depan, kami akan membuat lomba cita-rasa kopi spesifik Lumajang,” katanya.

Petani kopi Lumajang membudidayakan komoditi kopi Arabica di tiga kawasan yaitu Kecamatan Gucialit, Senduro, Pasrujambe dengan luasan lahan mencapai 600 hektar. Saat ini tiap hektar lahan kopi jenis Arabica bisa menghasilkan 14 sampai 15 kuintal. Harga jualnya mencapai Rp40 ribu lebih. “Penjualannya, petani masih menyetorkan kepada pengepul. Selanjutnya komoditi kopi dibawa ke Malang dan Surabaya,” ujarnya.

Sedangkan kopi jenis Robusta dibudidayakan petani di Kecamatan Gucialit, Senduro, Pasrujambe, Pronojiwo dan Tempursari. Luasan lahan budidayanya tidak jauh berbeda dengan kopi Arabica, mencapai 600 hektar. Tiap hektar lahan menghasilkan 14 kuintal dengan harga jual mencapai Rp30 ribu perkilogram.

Sementara itu, kopi Ekselsa yang merupakan tanaman pekarangan di wilayah utara. Budidaya kopi jenis ekselsa yang disebut masyarakat dengan julukan kopi Nangkah ini, banyak dikembangkan di Kecamatan Ranuyoso, Kedungjajang, Klakah, Randuagung, dan sebagian wilayah Kecamatan Padang.

Luasan lahan budidayanya mencapai 600 hektar dengan produktivitas perhektarnya bisa menghasilkan 1 ton. Harga jualnya juga menguntungkan, berkisar Rp28 ribu perkilogram. (her/iss/fik)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Kamis, 17 Juli 2025
24o
Kurs