Syaiful Rachman, Kepala Dinas Pendidikan Jawa Timur menduga ada proses mobilisasi pelajar untuk ramai-ramai ke Jakarta demi menyuarakan penolakan pengambilalihan pengelolaan SMA dan SMK.
“Bayangkan inikan anak-anak SMP. Banyak informasi masuk ke saya (dimobilisasi). Anak SMP suruh ke Jakarta, inikan kasihan,” kata Syaiful, ketika berbincang dengan suarasurabaya.net, Senin (28/3/2016).
Padahal, kata Syaiful, para pelajar ini, harusnya fokus belajar. Apalagi sebentar lagi juga ujian nasional. “Kalau mereka gagal ujian dan jatuh yang terkena dampak kan anak-anak. Kasihan, Surabaya jangan arogan lah,” ujarnya.
Polemik pengambilalihan SMA/SMK ke tangan provinsi, harusnya tidak di besar-besarkan. Apalagi dengan cara melakukan mobilisasi pelajar. Kota Surabaya yang menolak pengambilalihan ini, harusnya bisa mencarikan formulasi baru dan bukan malah mengerahkan peserta didik untuk ikut memikirkannya.
“Wong inikan belum berjalan. Apalagi sekarang terjadi mobilisasi siswa, orang tua, ini jelas ndak baguslah apalagi jelang ujian nasional,” kata dia.
Kalau memang Pemerintah Kota Surabaya tetap ingin menggratiskan warganya, sebenarnya tidak perlu berpolemik dan bisa meniru apa yang dilakukan pemerintah Kabupaten Bojonegoro. Apalagi pengambilalihan ini merupakan amanat dari Undang-undang.
“Silakan tiru Bojonegoro, tidak perlu ramai, tapi Bojonegoro itu Pak Yoto (Bupati Suyoto) menyiapkan uang Rp2 juta bagi masing-masing siswanya, jadi tetap bisa gratis kok. Uangnya bisa langsung diberikan ke siswanya ndak masalah,” ujarnya. (fik)
NOW ON AIR SSFM 100
