Sabtu, 17 Mei 2025

Aperlindo Pacu Pertumbuhan Industri Dalam Negeri

Laporan oleh Noer Soetantini
Bagikan

Asosiasi Industri Perlampuan Listrik Indonesia (Aperlindo) bersama Departemen Perindustrian terus mendorong pertumbuhan industri lampu hemat energi (LHE) di dalam negeri. Selama ini dari 100 juta unit lampu kebutuhan nasional per tahun, 80 juta unit masih dipenuhi lampu impor.

JOHN MANOPPO Ketua Umum Aperlindo pada suarasurabaya.net, Jumat (23/03), mengatakan, pertumbuhan industri LHE di dalam negeri cukup baik. Ini bisa dilihat dari pertambahan pabrik lampu baik yang ada di Jawa Timur maupun Jakarta dan Bandung.

Tahun lalu hanya ada dua pabrik yakni PT Panasonic Lighting Indonesia (Panasonic brand) di Pasuruan dan PT Sinar Angkasa Rungkut (Chiyoda brand) di Brebek Rungkut Surabaya. Sekarang bertambah lagi di Sidoarjo seperti PT Tjipto Langgeng Abadi (Focus brand) dan PT Sentra Solusi Elektrindo (Luxram brand) di Brebek Rungkut.

“Ditambah lagi PT TFC Maspion (Maspion brand), PT Sinko Prima Alloy (Elitech brand). Sedangkan di luar Jawa Timur, Jakarta memiliki 3 pabrik dan Bandung 1 pabrik. Total ada 10 pabrik LHE di Indonesia. Masih ada 5 lagi pabrik yang sedang diproses feasibilities study, diantaranya dari Korea dan Jepang, dengan mendirikan pabriknya di Jakarta, Medang dan Semarang,”paparnya.

Disamping itu, kata JOHN, Aperlindo bersama Departemen Perindustrian akan menjadikan Jawa Timur sebagai kluster industri LHE pada 29 Maret mendatang. Pertimbangannya, bahan baku cukup banyak seperti pasir di Tuban. Dengan melakukan upaya-upaya tersebut, diharapkan dalam waktu 3-5 tahun ke depan, kebutuhan LHE dalam negeri bisa dipasok dari Indonesia sendiri.

JOHN menjelaskan pabrik-pabrik yang ada di Jawa Timur baru muncul 2005-2006 atau sampai saat ini production trial. Dalam waktu 3-5 tahun lagi, minimum 50%-60% konsumsi dalam negeri bisa terpenuhi.

“Ini artinya, bisa menghemat devisa. Dalam satu tahun saja, devisa dari impor LHE mencapai US$ 60 juta hingga US$ 70 juta. Kalau 50% kebutuhan LHE dipenuhi dalam negeri berarti menghemat devisa sekitar US$ 35 juta,”tukasnya.

JOHN mengakui memang produksi di dalam negeri masih jauh dari memadai. Ini disebabkan harmonisasi tarif bea masuk yang kedua pada 2006 lalu. Sebelumnya, bea masuk komponen 5%, barang jadi 5%. Tanpa ada selisih bea masuk, membuat pabrik enggan memproduksi di dalam negeri.

Setelah itu terjadi harmonisasi tarif kembali dimana bea masuk komponen tetap 5% sedangkan barang jadi 15%. Ini ada selisih sehingga pabrik mampu menutupi biaya produksi. Aperlindo terus mengusahakan agar bea masuk komponen 0%. Saat ini masih digarap di Tim Tarif Departemen Keuangan.

JOHN memprediksi jika 10 pabrik beroperasi maksimal, maka kapasitas produksi bisa sampai ke angka 80 juta unit lampu per tahun. Ini akan menjadi bola salju, bahkan nantinya produksi LHE di dalam negeri bisa diekspor. Apalagi di negara asal LHE seperti Cina, harganya sudah lebih mahal.

Teks foto :
1.JOHN MANOPPO
2.LHE produk impor masih mendominasi pasar LHE di dalam negeri
Foto : TITIN suarasurabaya.net

Bagikan
Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Mobil Terbakar Habis di KM 750 Tol Sidoarjo arah Waru

Kecelakaan Dua Truk di KM 751.400 Tol Sidoarjo arah Waru

Surabaya
Sabtu, 17 Mei 2025
28o
Kurs