Rabu, 21 Mei 2025
Terapi Bioresonansi

Terbukti Ilmiah, Ditentang Ilmuwan Medis

Laporan oleh Eddy Prastyo
Bagikan

Sejak kehadirannya di Jerman seabad lampau, ilmu ini dianggap tidak ilmiah dan sulit dibuktikan kebenarannya secara empiris. Namun seiring dengan berkembangnya mazhab ilmu kedokteran berbasis fisika kuantum yang digagas ALBERT EINSTEIN, cara penyembuhan dengan metode bioresonansi semakin bisa diterima masyarakat modern.

Prinsip dari penyembuhan penyakit dengan bioresonansi ini sebenarnya sederhana yakni semua benda di alam semesta ini mengeluarkan gelombang elektromagnetik. Ini termasuk organ di dalam tubuh manusia. Jika dalam kondisi yang tidak sehat, ia akan mengeluarkan getaran elektromagnetik yang khas.

Getaran elektromagnetik ini bisa ditangkap oleh alat yang dibuat manusia. Prof. Dr. Ir. SUHARININGSIH dosen FMIPA Unair dalam Seminar Terapi Bioresonansi di Lembaga Pengabdian Pada Masyarakat (LPPM) Unair, Sabtu (27/01) mengatakan masih banyak kalangan dokter belum menerima paham ini.

“Saya bisa pahami itu karena ilmu kedokteran kini sangat dihegemoni oleh mazhab Newtonian dimana reaksi maupun fenomena fisiologis bisa diukur. Ini pendekatan fisika lama. Dalam pendekatan fisika modern yang digagas Einstein dengan Teori Relativismenya itu, alam semesta adalah perwujudan energi yang bisa jadi tidak bisa diukur,” kata SUHARININGSIH.

Untuk mendeteksi penyakit dalam tubuh manusia menggunakan pendekatan fisika kuantum ini, kata SUHARININGSIH, selain bisa dilakukan dengan metode bioresonansi, juga bisa dilakukan dengan foto aura.

Foto aura ini prinsipnya adalah menangkap gelombang elektromagnetik secara visual. Dari foto yang dihasilkan lewat alat khusus, akan terlihat bagaimana kondisi kesehatan bahkan mood seseorang dari gradasi warna aura yang memancar dari orang yang difoto.

Gelombang elektromagnetik ini juga bisa ditangkap dengan metode bioresonansi. Metode ini diyakini juga bisa menyembuhkan. Prinsipnya, ketika suatu organ yang tidak sehat mengeluarkan frekwensi tertentu, dilakukan proses reset dengan mengembalikan gelombang elektromagnetik itu pada frekwensi yang terbalik.

“Sama seperti komputer. Ketika sistemnya hang, kita lakukan reset yang artinya proses diulang dari nol. Yang kita lakukan adalah melakukan reset dengan membalikkan frekwensinya,” tukas SUHARININGSIH.

Metode ini, jelasnya, tak bisa berdiri sendiri. “Harus ditunjang, misalnya dengan akupuntur yang menunjang keseimbangan gelombang elektromagnetik pada tubuh,” paparnya. Metode ini diyakini sejumlah peneliti Jepang bisa mengobati lebih dari 40 jenis penyakit, diantaranya alergi dan kanker.

“Sebagian orang mungkin tak bisa menerimanya karena dianggap ini adalah klenik atau semacamnya. Sebenarnya ini sangat mudah dijelaskan secara ilmiah,” jelasnya.

Teks Foto :
1. Foto aura 2 orang yang berbeda dengan aura yang berbeda pula. Dari aura dua orang ini terlihat bagaimana perbedaan kondisi kesehatan maupun mood mereka.
2. Prof. Dr. Ir. SUHARININGSIH
Foto : istimewasuarasurabaya.net

Bagikan
Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Mobil Terbakar Habis di KM 750 Tol Sidoarjo arah Waru

Surabaya
Rabu, 21 Mei 2025
29o
Kurs