Kenapa Harus Menghindari Boraks?

Kemarin, Rabu (27/3/2014), Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Kota Surabaya, Jatim menyita bahan berbahaya berupa boraks bermerek Cap Singo dan >Cap Jago yang berstatus ilegal di gudang penyimpanan daerah Pasuruan.

Jumlahnya tak tanggung-tanggung, total 11.310 kantong plastik boraks dan 84 karung bahan baku boraks pentahidrat yang masing-masing beratnya 25 koligram disita petugas BPOM dan Polda Jatim.

Umum diketahui, boraks biasa dipakai untuk bahan campuran makanan agar makanan tersebut awet atau tahan lama. Padahal boraks mengandung zat aditif berbahaya jika dikonsumsi tubuh secara berlebihan.

Lalu, yang menjadi pertanyaan apa itu boraks? Kenapa bisa terdapat dalam makanan? dan sejak kapan ada makanan mengandung boraks?

Boraks adalah senyawa kimia yang berbentuk kristal, warna putih, tidak berbau, larut dalam air dan stabil pada suhu dan tekanan normal.

Boraks bisa digunakan untuk mematri logam, pembuatan gelas, pembasmi kecoa, campuran pembersih hingga sebagai antiseptic. Pada makanan, boraks dapat mengembangkan, memberi efek kenyal,serta membunuh mikroba.

Produsen makanan sering menggunakan boraks untuk membuat makanan lebih menarik, lezat, awet dan juga ekonomis sehingga dapat menghasilkan keuntungan yang sebesar-besarnya. Terlebih untuk membeli boraks sendiri harganya relatif murah.

Sementara itu, penggunaan boraks pada makanan sudah sejak lama dilakukan. Satu diantaranya untuk bahan baku pembuatan gendar nasi, atau kerupuk gendar.

Dulu, masyarakat Jawa biasa menyebutnya karak. Air bleng pijer yang dipakai dalam pembuatan karak ini sejatinya adalah boraks. Jadi, boraks ada dalam makanan, bahkan termasuk salah satu makanan kesukaan kita.

Dalam bentuk tidak murni, sebenarnya boraks sudah diproduksi sejak tahun 1700, dalam bentuk air bleng. Pemerintah sendiri telah melarang penggunaan boraks per Juli 1979, dan dimantapkan melalui SK Menteri Kesehatan RI No 733/Menkes/Per/IX/1988. (berbagai/nia/rst)