
Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi (8/7/2014) bergerak menguat sebesar 33 poin menjadi Rp 11.679 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp 11.712 per dolar AS.
Reza Priyambada, Kepala Riset Trust Securities di Jakarta, mengatakan bahwa eforia pemilu presiden masih menjadi salah satu pendorong mata uang rupiah kembali terapresiasi terhadap dolar AS.
“Diharapkan sentimen politik terkait agenda pilpres berjalan lancar dan aman sehingga membuat laju rupiah melanjutkan kenaikan,” katanya yang dilansir dari Antara.
Ia menambahkan bahwa harga minyak mentah dunia yang cenderung mengalami penurunan menambah sentimen positif bagi mata uang rupiah, hal itu dikarenakan dapat mendorong perbaikan kinerja neraca perdagangan Indonesia.
“Harga minyak pagi ini turun sekitar 0,14 persen menjadi 103,39 dolar AS per barel. Turunnya harga minyak diharapkan menjaga momentum penguatan rupiah,” katanya.
Dari eksternal, lanjut dia, lembaga dana moneter internasional (IMF) yang menyatakan bahwa masih adanya potensi pemangkasan peringkat pertumbuhan ekonomi global dapat membuat penguatan rupiah tertahan.
“Pernyataan itu memberikan kesan bahwa pertumbuhan ekonomi global masih melambat, termasuk Tiongkok dan beberapa wilayah Asia Pasifik lainnya meski beberapa data manufakturnya mulai mengalami peningkatan,” katanya. (ant/ain/rst)
Foto: Ilustrasi rupiah menguat