Video amatir kekerasan siswa SD Bukittinggi, yang ditayangkan youtube mengguncang perhatian publik, sebab video berdurasi 4 menit 53 detik itu, menggambarkan kekerasan dan kenakalan anak diluar kewajaran, ironisnya lagi dilakukan di sekolah dan dilakukan pada siswa putri.
Aries Merdeka Sirait Ketua Komnas Perlindungan Anak pada Radio Suara Surabaya mengatakan ada beberapa hal penting, dalam video yang menayangkan peristiwa kekerasan pada 18 September 2014 lalu.
1. Bukan Kejahatan.
Dari empat siswa pelaku yang dimintai keterangan oleh tim reaksi cepat Komnas Perlindungan Anak, mereka mengatakan tidak merasa bersalah dan merasa itu bukan kejahatan.
2. Tayangan TV
Sebagian besar pelaku mengaku, terinspirasi tayangan dari televisi. Mereka memukul dan menendang korban, dengan terlebih dulu melompat, seperti adegan-adegan pertarungan di televisi.
3. Pembiaran Sekolah
Komnas Perlindungan Anak menyatakan telah terjadi pembiaran dari pihak sekolah, dimana lokasi kejahatan ini telah terjadi. Pihak sekolah dianggap alpha, telah melakukan kelengahan dan tidak melakukan pengawasan sehingga terjadi perundungan atau Bulying ini.
4. Korban adalah Korban Bully
Kekerasan atau bullying yang kerap terjadi di sekolah, diduga menjadi pemicu terjadinya aksi kekerasan seperti yang dipertontonkan dalam video. Korban perempuan, adalah anak yang dikucilkan, apapun yang dia lakukan sering menjadi sasaran aksi bullying bagi kawan-kawannya.
5. Zero Tolerance Pada Aksi Kekerasan
Aksi kekerasan yang dipertontonkan pada publik ini, menurut Aries Merdeka Sirait menjadi momentum bagi publik, untuk mendukung gerakan zero tolerance pada aksi kekerasan terutama di sekolah. Pihaknya pada 17 Oktober 2014 juga akan merekomendasikan gerakan ini menjadi gerakan bersama.
6. STOP Sebar Video Kekerasan
Masyarakat diminta ikut andil untuk mendukung aksi tolak kekerasan pada anak, dengan tidak menyebar dan mempertontonkan aksi kekerasan yang terjadi.(rst)
NOW ON AIR SSFM 100
