Perpustakaan swadaya yang dibangun warga Desa Pandanwangi, Kecamatan Tempeh, Kabupaten Lumajang mendapatkan kebangaan sebagai Perpustakaan Desa terbaik tingkat nasional. Perpustakaan ini mengalahkan nominator lainnya, yakni Perpustakaan Desa di Kabupaten Kulonprogo, Provinsi DIY di peringkat kedua dan Perpustakaan Desa Kabupaten Indramayu, Provisi Jawa Barat di peringkat ketiga.
Drs Eddy Hozainy Kabag Humas Pemkab Lumajang ketika dikonfirmasi Sentral FM, Jumat (24/10/2014), mengatakan bahwa Perpustakaan Desa Pandanwangi mendapatkan nilai tertinggi dalam penilaian Cluster A yang meliputi daerah-daerah di 12 Provinsi. “Selain itu masih ada kategori lainnya, yakni Cluster B dan C yang semuanya adalah daerah-daerah di luar Pulau Jawa,” katanya.
Sebelum ditetapkan sebagai perpustakaan terbaik tingkat nasional, maish katanya, Perpustakaan Desa Pandanwangi merupakan Juara I tingkat Provinsi Jawa Timur yang berhak mewakili dalam lomba Perpustakaan Desa tingkat nasional di Jakarta.
“Setelah melalui beberapa penilaian, mulai dari persentasi hingga tinjau lokasi dari Tim Penilai Pusat, akhirnya Kamis (23/10/2014), bertempat di Gedung Smesco dan UKM Jakarta dalam acara Gemilang Perpustakaan Nasioanal RI Tahun 2014 di umumkan secara resmi penghargaan yang diterima Perpustakaan Desa Panwanwangi sebagai terbaik Nasional ini.
“Pengumuman itu disampaikan dalam acara penganugerahan Nugra Pustakaloka Tahun 2014. Perpustakaan Desa Pandanwangi berhak mendapatkan piagam, tropy dan uang pembinaan Rp. 20 juta. Penghargaan tersebut diserahkan langsung Kepala Perpustakaan Nasional RI Sri Sularsih kepada Ir. Yuli selaku Ketua Perpustakaan Desa Pandanwangi,” ungkapnya.
Perpustakaan Desa Pandanwangim, lanjut Eddy Hozainy, dinilai unggul dari 9 aspek yang menjadi fokus penilaian. Di antaranya, aspek administrasi dari sisi Surat Keputusan pendirian perpustakaan Desa apakah dari Bupati, Kepala Desa atau Camatnya.
“Yang kedua faktor organisasinya, yang ketiga gedung dan tata ruangnya, yang keempat perabot perlengkapannya, yang kelima koleksi buku-bukunya, yang keenam layanannya, yang ketujuh sumber daya manusianya, yang kedelapan kepedulian pemerintah daerah, yang kesembilan ada pendukungnya,” terangnya.
Kegiatan-kegiatan pendukung yang dimaksud, sambung Kabag Humas Pemkab Lumajang ini, selain membaca juga mencakup apa saja yang dilakukan di perpustakaan tersebut. Terutama yang bisa menjangkau aspek masyarakat.
“Tentunya untuk mendorong minat baca masyarakat, pengelola Perpustakaan Desa melakukan promosi, karena bidang pelayanan salah satunya adalah promosi ke lingkungan masyarakat sekitarnya,” tuturnya.
Artinya, lanjut Eddy Hozainy, pengelola Perpustakaan Desa harus memperkenalkan kepada masyarakat, sejauh mana keberadaan perpustakaan itu, terus buku apa saja yang dimiliki, apa saja yang menarik. Dan inilah yang terpenting, karena Perpustakaan Desa Pandanwangi ini bisa menarik minat baca masyarakat Desa setempat, karena menyediakan koleksi buku yang benar-benar dibutuhkan untuk kegiatan produktif.
“Contohnya, masyarakat yang rata-rata adalah petani dan petrenak, bisa menyerap pengetahuan untuk bekal kegiatan usaha produktifnya dengan membaca buku di perpustakaan. Peternak ayam, bisa membuat pakan dan mempelajari tehnik beternak dari buku di perpustakaan. Pun demikian bagi petani,” urainya.
Sisi ini yang menurut Eddy Hozainy, mendapatkan apresiasi dan penilaian tertinggi dari Tim Penilai Pusat, karena perpustakaan benar-benar dimanfaatkan warga untuk mennimba ilmu yang bisa langsing diaplikasikan untuk kegiatan produktif keseharian secara praktis. “Bukan kepada buku-buku yang bersifat filosofis. Demikian pula pengelola perpustakaan juga menyediakan buku-buku terapan yang memang dibutuhkan masyarakat untuk diserap ilmunya,” demikian pungkas Eddy Hozainy. (her/ipg)
Teks Foto :
– Tim penilai pusat lomba perpustakaan nasional mendapatkan paparan dari Pemkab Lumajang.
Foto : Sentral FM
NOW ON AIR SSFM 100
