
Material lava yang mengendap di bibir kawah Gunung Semeru saat ini kian menumpuk. Bahkan, volume material berupa pasir dan bebatuan yang menumpuk di kawah Jonggring Saloko mencapai jutaan meter kubik.
Kondisi itu sangat rawan terhadap potensi bencana besar yang mengancam ketika hujan mengguyur deras kawasan puncak gunung tertinggi di Pulau Jawa tersebut. Pasalnya, material lava yang menumpuk bisa sewaktu-waktu meluncur turun menjadi lahar dingin yang membawa jutaan material pasir dan bebatuan.
Kekhawatiran atas besarnya potensi bencana akibat tumpukan material lava di puncak Semeru dan ancaman lahar dingin ini, disampaikan Prof Dr Eng. Kuniaki Miyamoto, ilmuwan dari University Hokkaido, Jepang yang melakukan penelitian terhadap potensi bencana di 5 gunung api di Pulau Jawa, termasuk Gunung Semeru.
Saat melakukan pemaparan di Kantor Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang, Rabu (18/3/2015), Kuniaki Miyamoto menyampaikan, keberadaan tumpukan material lava di bibir kawah Jonggring Saloko membawa potensi ancaman besar terhadap warga yang bermukim di kaki Gunung Semeru.
“Terutama, ketika terjadi hujan lebat di puncak Gunung Semeru. Endapan lava berupa material dengan volume besar tersebut akan menerjang apa saja yang ada di jarak luncurnya. Bahkan, volume luncuran diperkirakan tidak akan tertampung pada Daerah Aliran Sungai (DAS) di kaki Gunung Semeru,” kata Ribowo, Ssos Kepala BPBD Kabupaten Lumajang yang mengikuti pertemuan dengan ilmuwan kegunungapian Jepang tersebut kepada Sentral FM.
DAS Semeru diantaranya Besuk Sat, Besuk Kobokan, Besuk Kembar, Besuk Bang, Kali Rejali, Kaliglidik dan lainnya. Potensi luapan lahar dingin dan bahayanya juga dipaparkan Kuniaki Miyamoto melalui hasil pencitraan satelit yang dipertunjukkan melalui slide proyektor di Kantor BPBD Kabupaten Lumajang.
Luapan lahar dingin dengan volume besar akan meluncur dan menerjang DAS Semeru. Namun, volume yang terlalu besar tersebut tidak tertampung sepenuhnya pada DAS yang ada. Sehingga, luapan material vulkanik juga berpotensi akan menerjang permukiman warga yang ada di sekitar DAS Semeru.
Ketika hal ini terjadi, maka potensi bencana ini akan membahayakan keselamatan jiwa warga yang ada di areal yang terjangkau dalam jarak luncuran lahar dingin tersebut. Material beurpa bebatuan dan pasir bercampur lumpur akan menyapu pemukiman warga tersebut.
Apalagi, BPBD Kabupaten Lumajang menjelaskan, bahwa saat ini sarana pengendalian lahar dingin di DAS Semeru, berupa tanggul, plengsengan dan geronjong sudah banyak yang rusak. Kerusakan itu terjadi di banyak titik dan belum diperbaiki. Sehingga, potensi luapan ketika terjadi luncuran lahar dengan volume tinggi, sangat besar terjadi.
Dalam kesempatan ini Ribowo juga mengatakan, Kuniaki Miyamoto dalam pemaparannya menegaskan, saat ini sudah ada gejala bahaya sekunder yang berpotensi mengancam dari Gunung Semeru. Diantaranya, selain lahar dingin juga berupa guguran awan panas, aliran lava pijar dan lontaran bom vulkanik gunung api.
“Untuk luncuran material vulkanik ke DAS di kaki Gunung Semeru akan mengarah ke timur laut dan timur tenggara. Ancamannya pada jarak luncur dengan radius berkisar antara 5 kilometer hingga 8 kilometer,” bebernya.
Sesuai laporan petugas vulkanologi di Pos Pengamatan Gunung Api Semeru di Gunung Sawur, Desa Sumberwuluh, Kecamatan Candipuro, saat ini durasi letusan Gunung Semeru antara 5 menit sampai 10 menit. Namun, durasi letusan itu merupakan kegiatan vulkanik rutin dari gunung dengan ketinggian 3.676 meter diatas permukaan laut (mdpl) tersebut. Dan statusnya masih ditetapkan Waspada pada level II.
Terkait potensi ancaman bencana ini, BPBD Kabupaten Lumajang juga menyampaikan, bahwa pihaknya sejak jauh hari sebelumnya telah mempersiapkan Kawasan Rawan Bencana (KRB) yang tertuang melalui peta rekontijensi. Hal ini sebagai upaya antisipasi dan penanggulangan bencananya.
Diantaranya, telah ditetapkan 17 Desa di 5 Kecamatan akan menjadi areal terdampak jika terjadi luncuran material lahar dengan volume yang besar. Masing-masing di wilayah Kecamatan Candipuro, Pronojiwo, Pasrujambe, Pasirian dan Tempeh.
“Potensi ancaman bencananya, sesuai data akan berdampak terhadap 24 ribu warga yang bermukim di 17 Desa yang terdapat di 5 Kecamatan tersebut. Untuk itu, sejak dini pul akami terus-menerus menyampaikan sosialisasi dan imbauan agar masyarakat tetap waspada dan siaga terhadap segala potensi bencana yang sewaktu-waktu bisa terjadi,” demikian urai Ribowo. (her/dwi)
Teks Foto :
– Prof Dr Eng. Kuniaki Miyamoto dalam pertemuan dalam rangka penelitian Gunung Semeru di Kantor BPBD Kabupaten Lumajang.
Foto : Sentral FM.