Minggu, 28 Desember 2025

Kekeringan, Warga Jalan Kaki 3 KM Mencari Air Bersih

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Saat ini wilayah Kabupaten Lumajang sudah dilanda bencana kekeringan. Sebanyak 27 Desa yang tersebar di 6 Kecamatan telah mengalami krisis air bersih. Bahkan, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Lumajang telah menetapkan status siaga darurat kekeringan, terhitung sejak 1 Juni lalu.

Seperti apa gambaran kekeringan yang dialami warga di daerah krisis air sejauh ini? Sihen (56), perangkat Desa Merakan, Kecamatan Padang ketika ditemui Sentral FM, Senin (8/6/2015), mengatakan, di desanya yang termasuk salah-satu daerah krisis air di Kabupaten Lumajang, sangat sulit untuk mendapatkan air bersih.

“Jangankan untuk kebutuhan mandi atau yang lainnya, untuk minum dan memasak saja sulit. Padahal kebutuhan air ini, tidak hanya cukup untuk minum dan masak saja, karena masyarakat juga butuh mandi, mencuci pakaian dan lainnya,” katanya saat ditemui seusai rapat koordinasi kekeringan di Kantor BPBD Kabupaten Lumajang.

Setiap hari baik pagi maupun sore, masih menurut Sihen, warga Desa Merakan harus berjalan kaki sejauh 3 kilometer untuk mendapatkan air bersih. Air bersih itu berada di sumber mata air yang debitnya juga telah mengecil yang terletak di bawah wilayah permukiman warga. Kegiatan ini dilakukan rutin ketika memasuki musim kemarau seperti ini.

“Warga saya yang tinggal di dua dusun berbeda, yakni Darungan dan Lor Curah, setiap hari baik pagi maupun sore harus jalan kaki ke sumber mata air yang disebut belik itu guna mendapatkan air bersih,” paparnya.

Jalanan yang harus ditempuh guna mendapatkan air bersih ini, juga tidak mudah. Rata-rata warga harus berjalan kaki dengan memanggul dua jeriken dengan kapasitas 10 liter untuk memenuhi kebutuhan air bersih bagi keluarganya.

“Meski ada juga yang menggunakan motor, tapi harus hati-hati benar karena jika tidak rawan terjatuh. Kalau dengan motor, warga bisa membawa dua jeriken dengan kapasitas 20 liter. Warga ke sumber rmata air ini juga tidak hanya mengambil persediaan air saja, karena mereka juga sekalian mandi. Jadi kalau mandi, kamar mandi di desa kami jaraknya 3 kilometer dari rumah,” paparnya seraya tersenyum.

Berbeda ketika musim penghujan, lanjut Sihen, warganya masih bisa memanfaatkan tandon penadah air hujan yang dibangun berupa kolam permanen berukuran besar di rumah masing-masing.

“Selama musim penghujan, tandon ini bisa dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air masing-masing KK (Kepala Keluarga). Akan tetapi, ketika kemarau ya ratusan KK warga dari 14 RT (Rukun Tetangga) di Dusun Darungan dan Lor Curah, Desa Merakan harus kembali mencari air di sumber lagi,” terangnya.

Sebelumnya, ungkap Sihen, warga Desa Merakan telah berupaya mewujudkan pengadaan air bersih dengan merencanakan untuk pemasangan jalur pipanisasi dari sumber mata air Kertowono, Kecamatan Gucialit yang jaraknya mencapai belasan kilometer dengan sistem gravitasi.

“Namun ketika dilakukan survey, ternyata debit sumber mata airnya tidak memadai. Sebab, sumber mata air di Kertowono sudah dimanfaatkan warga setempat guna kebutuhan air sehari-hari juga. Sehingga pembangunan jalur pipanisasi ini gagal dilakukan. Sehingga kegiatan mengambil air di sumber dengan jarak 3 kilometer ini, masih rutin dilakukan warga Desa kami sampai saat ini,” terangnya.

Terkait bencana kekeringan ini, BPBD secara bergantian telah mengirim suplai air bersih ke sejumlah Desa yang sudah dilanda kekeringan. Paryono, SH Kabid Rehabilitasi dan Rekontruksi BPBD Kabupaten Lumajang mengatakan, 3 armada truk tangki air dengan kapasitas masing-masing 5 ribu liter air telah dikerahkan untuk menyuplai daerah krisis air bersih secara bergantian.

“Dalam sehari, kami hanya mampu mengirimkan 15 truk tangki secar abergantian guna melayani Desa-Desa krisis air bersih secara bergantian. Dan permintaan pendistribusian air bersih ini, bisa diajukan oleh Desa dengan rekomendasi Kecamatan yang dikirimkan ke BPBD,” paparnya.

Paryono juga mengakui, jika bencana kekeringan di wilayah tertentu sangat parah. Ia mencontohkan, ada warga yang mengajukan pendistribusian air bersih dari masyarakat Desa Kebonan, Kecamatan Klakah untuk keperluan memandikan jenazah seorang keluarganya yang meninggal.

“Ini dilakukan karena memang tidak ada air bersih untuk memandikan jenazah. Sehingga mengajukan ke BPBD untuk dikirim guna memandikan jenasah dan pesiapan pemakaman. Seperti inilah gambaran mulai parahnya bencana kekeringan di Lumajang saat ini,” pungkas Paryono. (her/ipg)

Teks Foto :
– Bencana kekeringan di Lumajang.
Foto : Sentral FM

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Minggu, 28 Desember 2025
24o
Kurs