Jumat, 26 Desember 2025

BNPB Bentuk Tiga Desa Tangguh Bencana Tsunami di Lumajang

Laporan oleh Sentral FM Lumajang
Bagikan

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membentuk tiga Desa Tangguh Bencana atau Destana di wilayah Kabupaten Lumajang.

Ketiga Desa yang terpilih, masing-masing Desa Wotgalih, Kecamatan Yosowilangun, Desa Jatimulyo, Kecamatan Kunir dan Desa Tegalrejo, Kecamatan Tempursari.

Hendro Wahyono Kepala Bidang Pencegahan, Kesiapsiagaan dan Logistik BPBD Kabupaten Lumajang kepada Sentral FM, Selasa (11/8/2015), mengatakan bahwa penunjukan ketiga Desa yang seluruhnya berada di wilayah pesisir selatan yang rawan terdampak bencana tsunami ini, merupakan hasil koordinasi antara BNPB dengan BPBD Kabupaten Lumajang sendiri.

“Ketiga Desa pesisir selatan Lumajang ini ditunjuk atas rekomendasi BPBD Kabupaten Lumajang. Karena ini tahap awal untuk pembentukan Destana melalui support program nasional dan anggaran dari BNPB, maka ketiga Desa rawan bencana tsunami ini yang kami ajukan,” katanya.

Meski di wilayah Kabupaten Lumajang sebenarnya cukup banyak Desa yang rawan terdampak bencana, diantaranya tsunami maupun erupsi Gunung berapi, yakni Gunung Semeru maupun Gunung Lemongan yang sama-sama aktif.

“Untuk tahap berikutnya, Desa yang lain yang akan kita rekomendasikan. Namun pada dasarnya, Desa Tangguh Bencana di Kabupaten Lumajang sejauh ini telah terbentuk di 15 Desa, baik yang rawan tsunami maupun erupsi gunung berapi. Namun pembentukan itu adalah dari fasilitas BPBD Kabupaten Lumajang dan BPBD Provinsi Jatim dengan kriteria Desa Tangguh Pratama saja,” paparnya.

Sedangkan, lanjutnya, untuk program Desa Tangguh Bencana fasilitasi BNPB ini lebih menyeluruh sifatnya. Pasalnya, di masing-masing Desa Tangguh Bencana yang dibentuk, tidak hanya melalui tahapan pembentukan kelembagaan Desa yang melibatkan aparatur Desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, unsur perempuan dan relawan saja.

“Namun, kebutuhan sarana, motivasi masyarakat juga akan dimantapkan lagi. Termasuk juga, kelembagaan kebencanaan di Desa setempat harus menyusun dokumen PRB (Pengurangan Resiko Bencana), RTD (Rencana Tanggap Darurat) hingga peta rekomentijensi bencana sendiri. Dokumen-dokumen ini yang nantinya akan kita adopsi sebagai bahan penyusunan peta rekontijensi di tingkat Kabupaten,” terangnya.

Untuk mewujudkan program nasional Desa Tangguh Bencana ini, BNPB juga mengisimkan 6 orang tenaga fasilitator yang nantinya akan mensupport warga di Desa setempat untuk memberikan motivasi dan membantu menyusun program.

“Harapannya, ketiga Desa Tangguh Bencana ini bisa menentukan kebijakan sendiri dalam menghadapi kemungkinan bencana. Mereka akan diberikan pengetahuan, kemampuan, motivasi hingga bisa menentukan berbagai hal mengenai kebencanaan,” urainya.

Untuk mewujudkan program nasional Desa Tangguh Bencana ini, ungkap Hendro Wahyono, BNPB memproyeksikan harus sudah terbentuk dalam waktu 6 bulan saja. Setelah program ini dicabut dan berlaih ke Desa lainnya, berikutnya menjadi tugas BPBD Kabupaten Lumajang yang harus melakukan pengembangan.

“Pengembangannya nanti sampai ke sektor-sektor ekonomi, pembangunan shelter pengungsian dan yang lainnya. Semuanya menjadi tupoksi BPBD Kabupaten Lumajang dalam pengembangannya nanti. Tapi kami juga akan meminta support ke BPBD Provinsi Jatim. Namun Alhamdulillah, karena desa-desa Tangguh Bencana ini sebelumnya sudah kita mulai, untuk program nasional ini kita tinggal menggugah kembali saja,” demikian pungkas Hendro Wahyono. (her/dwi)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Jumat, 26 Desember 2025
28o
Kurs