Selasa, 30 April 2024

Revitalisasi Kawasan Kota Tua Surabaya Jangan Asal-asalan

Laporan oleh J. Totok Sumarno
Bagikan
Cat warna-warni menghiasi bagian rumah masyarakat di Jl. Panggung. Foto: Totok/Dok. suarasurabaya.net

Upaya Pemerintah Kota Surabaya melakukan revitalisasi kawasan tua Kota Surabaya, seperti di kawasan Jl. Panggung dengan pengecatan warna-warni, ternyata menuai berbagai komentar warga masyarakat.

Selain mereka yang terangan-terangan menentang, dengan melakukan aksi di kawasan Jl. Karet yang tidak jauh dari Jl. Panggung, masyarakat berharap pemerintah kota tidak asal-asalan.

Yoes Wibowo, sketser yang juga pelukis, mengingatkan bahwa tidak haram melakukan revitalisasi kawasan tua dengan pengecatan-pengecatan seperti di kawasan JL. Panggung, tetapi sebaiknya lebih serius.

“Di penang Malaysia, atau Haji Lane Street di Singapura. Itu juga kawasan tua. Kemudian direvitalisasi, dilakukan pengecatan. Tapi tidak asal-asalan, serius, warna-warna yang muncul sangat serasi, jadi daya tarik turisme. Tidak seperti di Jl. Panggung kan?” kata Yoes Wibowo.


Kawasan kota tua Surabaya berubah menjadi warna-warni seperti pelangi. Masyarakat berharap revitalisasi tidak asal-asalan. Foto: Totok/Dok suarasurabaya.net

Wina Bojonegoro, penulis, pelaku bisnis tour travel justru menekankan bahwa merubah atau merevitalisasi kawasa kota tua seperti di Jl. Panggung, Jl. Karet dan sekitarnya tidak bisa sembarangan. Wina mencontohkan kawasan kota tua di Semarang dan Old Batavia di Jakarta.

“Mengubah warna kota tua memang harus hati-hati. Bu Risma (Tri Rismaharini Walikota Surabaya; red) tidak suka kawasan kumuh, tapi kalau di cat warna warni, kok malah jadi playground rasanya ya? Kawasan kota tua Surabaya yang elegan itu jadi kehilangan makna,” ujar Wina.

Soal revitalisasi kota tua Surabaya, dan kemudian diwujudkan satu diantaranya dalam bentuk pengecatan warna warni di Jl. Panggung, dipertanyakan Agus Kucing Soekamto, terkait dengan konsep destination branding yang kerap dipergunakan dalam merevitalisasi bangunan herritage.

“Karena karakter setiap kawasan kota itu berbeda dan tidak sama persis. Lingkungannya, penghuninya, karenanya revitalisasi itu butuh konsep. Pastikan dengan riset terlebih dahulu sebelum di cat warna pelangi. Karena setiap kawasan pasti memiliki sejarah lokal,” papar Agus, dosen yang juga seniman ini.

Sementara itu, ditemui di tempat berbeda Mohamad Anis, seniman yang juga Direktur Pasar Seni Lukis Indonesia (PSLI) mengecam keras upaya Pemkot Surabaya mengecat warna-warni kawasan kota tua Surabaya.

“Itu kampungan! Bukan revitalisasi! Itu derevitalisasi. Itu proyek untuk yang suka selfie, bukan proyek yang menghargai sejarah. Revitalisasi itu tidak semata-mata melakukan pengecatan,” tegas Anis.

Lalu bagaimana sebaiknya merevitalisasi kawasan kota tua Surabaya? Agus Kucing Soekamto menegaskan pentingnya melakukan riset sebelum melakukan perubahan atau pembenahan sebuah kawasan kota.

“Apalagi kawasan kota tua, butuh banyak hal yang harus dilakukan sebelum dikerjakan. Riset dan penelitian tentang sejarah kawasan kota tua sendiri juga wajib dilakukan. Revitalisasi kawasan butuh konsep agar tujuan akhirnya sebagai tujuan tourism mempunyai dampak pada kota dan masyarakatnya. Ini penting!” pungkas Agus Sukamto pada suarasurabaya.net, Senin (14/1/2019).(tok/ipg)

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
31o
Kurs