Selasa, 30 April 2024

Tangkal Terorisme dengan Kurikulum di Sekolah, Gubernur Jateng: Kalau Belajar Agama Harus Ada Gurunya!

Laporan oleh Agustina Suminar
Bagikan
Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah saat berkunjung ke Suara Surabaya Center (SSC) pada Minggu (4/4/2021). Foto: Dimas Suara Surabaya

Beberapa waktu yang lalu, Densus 88 menangkap beberapa orang terduga teroris di Jawa Tengah, mulai dari Semarang, Klaten hingga Kudus, menindaklanjuti aksi terorisme di Gereja Katedral Makassar dan penyerangan Mabes Polri.

Sebagaimana dilansir Antara Sabtu (3/4/2021) kemarin, kebanyakan yang diamankan adalah pendakwah atau pengajar/guru mengaji di lingkungan tempat mereka tinggal.

Ganjar Pranowo Gubernur Jawa Tengah sudah memiliki strategi untuk memberantas terorisme melalui edukasi dan pendidikan. Dia telah menjalin kerja sama dengan perguruan tinggi, tokoh agama, tokoh masyarakat, dan pondok pesantren untuk ikut membasmi paham terorisme dan radikalisme.

Caranya, dia gelar diskusi kelompok secara fokus bersama tokoh-tokoh itu untuk menyusun sebuah modul atau kurikulum sederhana yang akan dimasukkan dalam pelajaran di sekolah-sekolah di Jawa Tengah.

“Hari ini didesain, harapan saya, kan, besok mulai uji coba (sekolah tatap muka). Kalau enggak bisa dalam waktu pendek ini, in between lah. Selama uji coba hasil dari diskusi, dari FGD itu, diformatkan dalam kurikulum sederhana. Ini langsung saya inject ke sekolah-sekolah,” kata Ganjar kepada suarasurabaya.net saat berkunjung ke Suara Surabaya Center (SSC), Minggu (4/4/2021).

Ia juga mengimbau masyarakat, agar mengaji kepada guru ngaji yang tepat. Tidak belajar mandiri tanpa bimbingan, untuk mencegah risiko terjerumus dalam kelompok radikal yang mengatasnamakan agama.

Apalagi, pelaku pengeboman di Mabes Polri pada Rabu (31/3/2021) lalu merupakan Lone Wolf (terorisme individu/beraksi sendirian) yang berideologi radikal ISIS. Hal itu disampaikan Jendral Listyo Sigit Prabowo Kapolri dalam konferensi persnya Rabu lalu.

“Makanya, romo, kiai, kita ajak bicara. Karena kalau belajar agama itu harus ada gurunya! Jangan ngaji sendiri, lalu tidak bisa dikonfirmasi! Terutama jamaah twitteriyah, facebookiyah, instagramiyah itu. Harus ada gurunya,” kata Ganjar.(tin/den)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
32o
Kurs