Selasa, 30 April 2024

Beton Geopolimer Mahasiswa ITS Manfaatkan Limbah Hasil Pembakaran Batu Bara

Laporan oleh Dhafintya Noorca
Bagikan
Hafiz bersama tim dari Teknik Infrastuktur Sipil ITS pada pameran Kemdikbudristek, 22-24 November 2021. Foto: Wildan suarasurabaya.net

Mahasiswa ITS dalam gelaran focus group discussion (FGD) Kemendikbudristek bertajuk  “Membangun Ekosistem Riset Terapan Inovatif yang Sinergis dan Aplikatif sebagai Kontribusi Nyata terhadap Kebutuhan Dunia Usaha, Dunia Industri, dan Masyarakat,” ikut memamerkan hasil karyanya bernama Beton Geopolimer.

Kegiatan yang berlangsung selama 22-24 November 2021 ini juga memberikan ruang pameran berbagai karya mahasiswa dari hasil penelitian terapan, salah satunya Beton Geopolimer hasil karya mahasiswa Teknik Infrastuktur Sipil  ITS.

Salah satu anggota tim bernama Hafiz Mawa Rozan menjelaskan soal inovasinya Beton Geopolimer yang dibuat tanpa menggunakan semen, tapi digantikan oleh limbah high calcium fly Ash.

“Limbah high calcium fly ash ini kita dapatkan dari hasil pembakaran limbah batu bara di Indonesia, untuk high calcium fly ash ini ada dua jenis, high calcium dan low calcium. Tapi yang paling banyak di Indonesia adalah high calcium,” tutur Hafiz sembari menunjukkan contoh betonnya.

Dia juga menjelaskan kelebihan dan kelemahan high calcium fly ash yang memiliki kalsium tinggi ini.

“Dari kalsium tinggi ini kelebihannya adalah bisa memperkuat beton ini sendiri tetapi dengan adanya banyak calcium ini kekurangannya adalah akan mempercepat waktu pengerasannya,” jelasnya.

X banner berisi penjelasan beton geopolimer dari mahasiswa ITS. Foto: Wildan suarasurabaya.net

Proses pengerasan yang berlangsung cepat itu terjadi saat adonan dari beton dicampurkan. “Di antaranya seperti semen, air, kerikil, dan pasir ketika ditambahkan high calcium fly ash ini akan mengeras sebelum dituangkan ke cetakan,” imbuh Haifz.

Mengenai kekurangan dari inovasinya tersebut, Hafiz dan tim merancangan solusinya untuk memperlambat setting time pengerasan high calcium fly ash ini.

“Jadi kami mencoba mencampurkan natrium metasilikat dan natrium hidroksida dengan beberapa metode pencampuran salah satunya pencampuran terpisah,” tutur dia.

Kelebihan dari beton geopolimer lainnya adalah pada tekanan kuatnya.

“Pada usia 27 hari beton geopolimer bisa mencapai 50 mpa sedangkan beton konvensional biasa baru mencapai 30 mpa,” lanjut mahasiswa ITS itu.

Hafiz dan timnya mengungkap salah satu alasan untuk membuat inovasi ini karena limbah dari batu bara di Indonesia sendiri mencapai 2 juta ton tahun setiap tahunnya.

Dirinya mengaku turut merespon peraturan kementerian yang mengkategorikan limbah batu bara sebagai B3 (limbah berbahaya) yang diturunkan menjadi B2.

“Peraturan kementerian menurunkan kategori itu bertujuan agar bisa dimanfaatkan menjadi inovasi material ini,” kata Hafiz.

Kendati demikian, inovasi dari hasil pemanfaatan limbah ini juga diklaim oleh Hafiz dan timnya sebagai upaya pencegahan pencemaran lingkungan.

Hafiz bersama timnya berharap pada 2024 hasil inovasinya ini sudah bisa diproduksi secara massal dan digunakan pada konstruksi yang besar.

“Dan satu lagi kami berharap untuk kedepannya beton Geopolimer ini diimplementasikan untuk infrastuktur perairan, karena beton Geopolimer tahan terhadap korosi,” pungkasnya. (wld/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Motor Tabrak Pikap di Jalur Mobil Suramadu

Mobil Tertimpa Pohon di Darmo Harapan

Pagi-Pagi Terjebak Macet di Simpang PBI

Surabaya
Selasa, 30 April 2024
32o
Kurs