Rabu, 16 Juli 2025

Eniya Listiani Dewi, Wanita Pertama Peraih BJ Habibie Technology Award

Laporan oleh Jose Asmanu
Bagikan
Prof. Dr. Eng-Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng., peraih BJ Habibie Technology Award. Foto: Kemenristekdikti

Inovasi berbasis riset harus dihilirisasi dan dikomersialisasikan agar memiliki nilai tambah. Lebih dari itu penelitian terapan berbasis output yang dapat memberikan solusi atas permasalahan saat ini secara praktis juga harus didorong.

Hal ini disampaikan oleh Mohammad Nasir Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) pada Penganugerahan Bacharuddin Jusuf Habibie Technology Award (BJHTA) 2018 di Auditorium Gedung BPPT II, Thamrin, Selasa (10/7/2018).

Gelaran ke-11 Anugerah BJHTA ini diberikan kepada Prof. Dr. Eng-Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng., yang telah berhasil mengembangkan teknologi Fuel Cell dengan metode electron transfer.

Teknologi ini menggunakan bahan baku lokal dan dipasang pada motor juga back up power untuk berbagai peralatan. Proses produksi gas hidrogen telah dikembangkan dari limbah biomassa dengan bahan baku limbah dari industri kepala sawit.

Dalam kesempatan tersebut, Menteri Nasir juga mengimbau para peneliti dan akademisi untuk mempublikasikan hasil penelitiannya dan menghasilkan inovasi sehingga bermanfaat bagi masyarakat luas.

“Indonesia memiliki lebih dari 5.400 riset yang telah dipublikasikan, jumlah ini terus meningkat per Juli lalu. Saat ini kita telah mampu bersaing dengan negara tetangga seperti Thailand, Singapura dan Malaysia. Riset yang bermanfaat adalah riset yang dipublikasikan dan menghasilkan inovasi. Oleh karena itu riset harus kita dorong dan inovasi menjadi output, jangan sampai riset berhenti sampai publikasi saja,” ucapnya.

Sementara itu Bacharuddin Jusuf Habibie, Presiden Republik Indonesia ke-3, selaku tokoh pendiri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) mengatakan Indonesia harus fokus membangun sumber daya manusia untuk menciptakan ilmuan-ilmuan muda generasi penerus yang memiliki daya saing tinggi dan inovatif menuju kemandirian bangsa mengembangkan teknologi.

“Apabila kita ingin maju seperti bangsa lain hanya mengandalkan sumber daya alam saja, forget it,” ujarnya.

Unggul Priyanto Kepala BPPT menuturkan bahwa penghargaan BJHTA adalah salah satu upaya BPPT untuk memberikan dorongan timbulnya hasrat inovasi dan penciptaan teknologi kepada pelaku teknologi.

“Penghargaan Teknologi Bacharuddin Jusuf Habibie adalah pemberian penghargaan tertinggi dari BPPT kepada insan pelaku teknologi yang berjasa pada bangsa dan negara memiliki reputasi nasional dalam bidang teknologi dan menghasilkan karya nyata yang memberikan impact pada bidang teknologi yang menghasilkan inovasi,” terangnya.

Eniya Listiani Dewi merupakan wanita pertama yang berhasil menyabet BJHTA. Ia menerangkan kelangsungan hidup manusia dan keberlanjutan peradaban memerlukan energi, dan banyak negara yang sudah menghapuskan sumber energi konvensional dan beralih ke Energi Baru Terbarukan.

“Saya harap temuan Energi Baru Terbarukan (EBT) saya ini dapat lebih ekonomis. Seperti kita tahu kebijakan EBT 23% pada tahun 2025 dan saat ini baru 13 persen, dalam 7 tahun ini upaya apa yang bisa kita lakukan. Pemerintah perlu mendorong inovasi ini, dan dengan dibangunnya pembangkit listrik tenaga EBT merupakan bentuk concern pemerintah,” ujarnya.(jos/iss/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Rabu, 16 Juli 2025
26o
Kurs