
Meningkatnya angka perokok muda di Indonesia, disebut Sumarjati Arjoso Ketua Tobacco Control Support Center-Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (TCSC-IAKMI) karena adanya peran dari orang tua di dalamnya.
Menurut Sumarjati, hal-hal kecil yang dilakukan oleh orang tua seperti, menyuruh anak membeli rokok, bisa menjadi pengaruh mereka merokok.
“Orang tua menyuruh anaknya untuk membelikan rokok, anaknya melihat orang tuanya merokok dan juga kena asap rokok di rumah dan lain-lain. Jadi, hal itu bisa saja menjadi pemicu anak merokok,” terang Sumarjati, melansir Antara, Jumat (13/12/2024).
Sumarjati meminta, agar para orang tua lebih dewasa ketika sedang merokok. Jangan sampai kegiatan merokok tersebut, menjadi pemicu bagi anak-anak mereka dalam melakukan kegiatan tersebut.
Ia menambahkan, meningkatnya perokok muda di Indonesia juga disebabkan mudahnya mereka mendapatkan rokok yang dijual secara bebas dan juga dengan cara ketengan. Hal tersebut semakin memperburuk keadaan generasi muda ke depannya.
“Memang untuk menangani masalah ini, perlu adanya kerja sama, tidak bisa ditangani sendiri-sendiri,” ungkapnya.
Menurut data dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, prevalensi perokok aktif di Indonesia terus meningkat.
Data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023 yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menunjukkan bahwa jumlah perokok aktif diperkirakan mencapai 70 juta orang, dengan 7,4 persen di antaranya perokok berusia 10-18 tahun.
Kelompok anak dan remaja merupakan kelompok dengan peningkatan jumlah perokok yang paling signifikan. Sementara itu, data yang dikeluarkan oleh Global Youth Tobacco Survey (GYTS) pada 2019, prevalensi perokok pada anak sekolah usia 13-15 tahun naik dari 18,3 persen (2016) menjadi 19,2 persen (2019).
Sementara itu, data SKI 2023 menunjukkan bahwa kelompok usia 15-19 tahun merupakan kelompok perokok terbanyak (56,5 persen), diikuti usia 10-14 tahun (18,4 persen). (ant/kir/ham)