
Rencana Gibran Rakabuming Raka Wakil Presiden Republik Indonesia untuk menerapkan pembelajaran artificial intelligence (AI) dalam kurikulum SD hingga SMA pada tahun ajaran baru, mendapat sambutan positif dari praktisi pendidikan.
Muhammad Iqbal kepala SD Khadijah Wonorejo Surabaya mengatakan, menerapkan pembelajaran AI pada anak sekolah, tidak seperti yang dibayangkan masyarakat. Anak-anak tidak langsung diajarkan untuk membuat program.
“Tapi lebih bagaimana mereka mampu menyelesaikan masalah dengan baik, cepat, dan terstruktur. Nah, hal-hal ini sebenarnya pola pikir dalam AI. Nanti, kalau mereka sudah memahami itu, perlahan akan diajarkan cara membuat coding,” katanya, Senin (19/5/2025).
Menurut Iqbal, anak-anak sekolah zaman sekarang termasuk dalam kelompok digital native. Mereka sudah terbiasa dengan teknologi digital dan tidak akan mengalami kesulitan dalam mempelajari pola itu.
Ia juga menyampaikan bahwa orang tua tidak perlu khawatir ketika anak-anak mendapat kesempatan untuk mempelajari teknologi terbaru seperti, AI.
“Dari yang saya pelajari, sebenarnya pemerintah hanya ingin Indonesia tidak menjadi end user atau pengguna teknologi saja. Tapi diharapkan juga bisa menciptakan sesuatu dari AI. Itulah alasan mengapa anak sekolah mulai diajarkan AI,” ungkapnya.
Sebagai digital native, lanjut Iqbal, anak-anak diminta untuk belajar bagaimana menggunakan AI dengan baik, untuk menyelesaikan masalah, juga mampu memproduksi AI secara sederhana.
Ada pun pembelajaran AI diharapkan bisa membantu pemerintah untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Dengan langkah yang dilakukan saat ini, kita semua berharap agar rencana yang sudah disusun bisa terwujud ketika 2045 nanti yakni, menjadi bangsa yang berdaya. Tidak hanya menjadi objek, tapi juga menjadi subjek,” tandasnya. (kir/saf/ipg)