Rabu, 21 Mei 2025

Sri Mulyani Targetkan Pertumbuhan Ekonomi 5,8 Persen, Fokus Jaga Daya Beli dan Kemandirian

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan saat menyampaikan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) tahun 2026 dalam sidang paripurna DPR RI, Selasa (20/5/2025), di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta. Foto: Faiz Fadjarudin suarasurabaya.net

Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan menyampaikan dokumen Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal (KEM-PPKF) tahun 2026 dalam sidang paripurna ke-18 Masa Persidangan III DPR RI, Selasa (20/5/2025), di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

Dalam pemaparannya, Sri Mulyani menyoroti ketegangan global, khususnya dampak dari tarif resiprokal yang diterapkan Amerika Serikat terhadap beberapa negara.

Hal ini menurutnya berdampak signifikan terhadap penyusunan Rancangan APBN 2026.

“Penyusunan KEM-PPKF 2026 dihadapkan pada perubahan dahsyat dan fundamental yang drastis dan dramatis dalam lanskap tatanan dan tata kelola dunia saat ini,” ungkapnya di hadapan anggota dewan.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu menyebut ekonomi global masih diliputi ketidakpastian tinggi. Gangguan rantai pasok akibat perang dagang sudah berdampak pada kontraksi ekonomi di sejumlah negara, termasuk kawasan ASEAN.

“Malaysia yang sebelumnya tumbuh 4,9 persen, turun menjadi 4,4 persen. Singapura juga turun dari 5 persen ke 3,8 persen. Bahkan Amerika Serikat yang memicu perang tarif hanya tumbuh 2 persen,” jelas Sri Mulyani.

Menanggapi kondisi tersebut, APBN 2026 diarahkan untuk menopang agenda strategis nasional, termasuk program prioritas Prabowo Subianto Presiden seperti Koperasi Desa Merah Putih, Makan Bergizi Gratis, dan layanan kesehatan gratis.

“Kami memproyeksikan pertumbuhan ekonomi 2026 pada kisaran 5,2 hingga 5,8 persen dengan tetap menjaga daya beli masyarakat dan mendorong transformasi ekonomi,” kata Sri Mulyani.

Ia menyebut pertumbuhan tersebut akan menjadi pijakan menuju visi Indonesia Maju 2045, dengan target pertumbuhan jangka menengah mencapai 8 persen.

Selain pertumbuhan, Kementerian Keuangan juga menetapkan sejumlah indikator makro lainnya dalam KEM-PPKF 2026, antara lain: Inflasi 1,5-3,5 persen, Nilai tukar rupiah Rp16.500–Rp16.900 per dolar AS. Suku bunga Surat Berharga Negara (SBN) 10 tahun di kisaran 6,6–7,2 persen, Harga minyak (ICP) US$ 60–80 per barel, Target lifting minyak bumi 600.000–605.000 barel per hari, dan Lifting gas bumi 953.000–1,17 juta barel setara minyak per hari.

“Minat beli investor di pasar SBN akan terus terjaga, dan ini penting untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dan iklim investasi yang sehat,” pungkasnya.(faz/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Avanza Terbalik Usai Tabrak 2 Mobil Parkir

Mobil Terbakar Habis di KM 750 Tol Sidoarjo arah Waru

Kecelakaan Dua Truk di KM 751.400 Tol Sidoarjo arah Waru

Surabaya
Rabu, 21 Mei 2025
26o
Kurs