
Tim Timses Aities ITS berhasil meraih Juara 1 dalam acara puncak WasteTrack Mobile Apps Competition di Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Surabaya, Kamis (22/5/2025).
Setelah melalui proses penjurian yang sangat ketat, aplikasi yang diusung oleh Hilmi Fawwaz Sa’ad, Dian Kusumawati, dan Muhammad Rayyaan Fatikhahur Rakhim itu dinilai unggul dalam aspek fungsionalitas, keberlanjutan, serta kesiapan teknis untuk diimplementasikan.
Dalam siaran pers yang diterima suarasurabaya.net, Jumat (23/5/2025) disebutkan, kriteria dalam lomba ini meliputi platform terpadu berbasis digital, traceability, analisis data dan pelaporan, pencatatan jenis sampah, berat sampah yang dikumpulkan, profil bank sampah, riwayat transaksi, harga pembelian setiap jenis sampah, skalabilitas, data integrity, security dan privacy, serta adaptability telah diupayakan dipenuhi oleh setiap finalis dalam aplikasinya, ujar Ary M. Shiddiqi serta IDAA Warmadewanthi, dosen ITS yang sebagai juri dalam lomba ini.
“Kami terkesan dengan kualitas ide dan kedalaman pemahaman para finalis terhadap isu persampahan. Beberapa aplikasi bahkan sudah siap diuji coba. Ini menunjukkan bahwa generasi muda kita mampu menjawab tantangan lingkungan dengan solusi teknologi yang konkret dan berdampak,” ujar Ujang Solihin Sidik, Kasubdit Tata Laksana Produsen Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah dan Bahan Berbahaya dan Beracun (PLSB3), Kementerian Lingkungan Hidup Republik Indonesia, yang turut bertindak sebagai dewan juri pada kompetisi ini.
Sinergi antara pemahaman mengenai isu lingkungan dan kemampuan digital para peserta menjadi benang merah yang menghubungkan pandangan para juri dari berbagai latar belakang. Hal ini menegaskan bahwa kolaborasi antara pemerintah, akademisi, dan pelaku lapangan seperti bank sampah merupakan kunci untuk menghasilkan inovasi yang tidak hanya relevan secara teknis, tetapi juga aplikatif dan berkelanjutan di masyarakat.
“Aplikasi-aplikasi yang dikembangkan dalam kompetisi ini menawarkan solusi konkret untuk tantangan yang dihadapi bank sampah sehari-hari. Kami melihat potensi besar dalam digitalisasi sistem pencatatan dan pelacakan sampah yang dapat meningkatkan transparansi, efisiensi operasional, dan kepercayaan masyarakat. Harapannya, dengan hadirnya aplikasi terkait penelusuran sampah seperti yang kita lihat hari ini, dapat memperkuat peran bank sampah, melalui transformasi digital menuju terwujudnya prinsip ekonomi sirkular,” ungkap Anjar Putro, perwakilan Bank Sampah Induk Surabaya.
Dalam ajang yang digagas oleh Coca-Cola Europacific Partners Indonesia (CCEP Indonesia) dan Fakultas Teknologi Elektro dan Informatika Cerdas ITS ini, Timses Aities berhasil menyisihkan sembilan tim mahasiswa lain dari berbagai universitas di Indonesia.
Sebelumnya, kompetisi ini berhasil menjaring 49 proposal aplikasi dari 21 universitas di seluruh Indonesia. Setelah melalui proses kurasi ketat berdasarkan aspek inovasi, keberlanjutan, dan kesiapan implementasi, yang tertulis di proposal, 10 tim terpilih melaju ke babak final untuk mempresentasikan prototipe aplikasi mereka di hadapan dewan juri yang terdiri dari enam perwakilan lintas sektor, termasuk pemerintah, sektor swasta, akademisi, praktisi, hingga penggiat bank sampah.
Kesepuluh tim finalis yang berasal dari ITS, Universitas Bina Nusantara, Universitas Diponegoro, Institut Teknologi Kalimantan, Universitas Negeri Padang, Universitas Negeri Malang, dan Universitas Sebelas Maret menawarkan berbagai solusi, khususnya dalam hal tata kelola sampah, seperti sistem pelacakan berbasis digital, platform edukasi dan pemberdayaan ekonomi, hingga aplikasi integrasi data bank sampah.
Kompetisi yang dimulai sejak Oktober 2024 ini merupakan wujud dari upaya memperkuat kolaborasi multi-pemangku kepentingan dalam mendorong terbentuknya ekonomi sirkular sekaligus menciptakan sistem pengelolaan sampah yang transparan dan berkelanjutan di Indonesia. Tidak hanya itu, kompetisi ini juga bertujuan menghadirkan terobosan aplikasi karya anak bangsa untuk mendukung ketelusuran dan pengelolaan sampah secara tepat dan terdigitalisasi melalui sistem bank sampah.
“Kompetisi ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara dunia pendidikan, pemerintah, industri, dan masyarakat atau dikenal dengan istilah Nona Helix, dapat menghasilkan solusi konkret bagi permasalahan lingkungan, sekaligus membuka kesempatan bagi generasi muda untuk berkontribusi langsung dalam agenda keberlanjutan nasional,” ujar Lucia Karina, Direktur Public Affairs, Communications, and Sustainability CCEP Indonesia.
Sebagai produsen minuman kemasan, CCEP Indonesia berkomitmen menjadi katalis perubahan sistem pengelolaan sampah melalui pendekatan ekonomi sirkular yang menyeluruh. Pendekatan ini mencakup seluruh rantai nilai, dari hulu hingga hilir.
“Kami percaya bahwa pendekatan ekonomi sirkular adalah kunci masa depan yang berkelanjutan. Melalui kolaborasi dengan berbagai pihak, kami optimis dapat menciptakan dampak positif yang signifikan bagi lingkungan dan masyarakat,” tambah Karina.
Di sisi lain, ITS sebagai institusi pendidikan memainkan peran strategis dalam mengintegrasikan Tri Dharma Perguruan Tinggi, yakni pendidikan, penelitian, dan pengabdian masyarakat ke dalam program kompetisi ini. Mahasiswa tidak hanya belajar mengembangkan solusi berbasis teknologi, tetapi juga memahami konteks sosial, ekonomi, dan lingkungan dari isu pengelolaan sampah.
“Isu persampahan di Indonesia saat ini mengemuka, pentingnya pengelolaan sampah yang efektif menjadi salah satu tantangan utama dalam mewujudkan sustainable development goals. Upaya pengurangan sampah dengan mempromosikan prinsip 3R (reduce, reuse, recycle) adalah keharusan, sehingga bank sampah memiliki peran penting serta mendukung ekonomi sirkular. ITS melalui lomba WasteTrack, merupakan bukti bahwa kampus merupakan inkubator solusi nyata yang menjawab tantangan lingkungan. Kami sangat bangga melihat mahasiswa dari berbagai daerah hadir dengan gagasan yang aplikatif dan berorientasi pada dampak,” kata Bambang Pramujati Rektor ITS.(ipg)