Senin, 8 Desember 2025

Media Sosial Dikuasai Algoritma, Pakar Ingatkan Pentingnya Filter dan Kroscek Konten

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Anang Sujoko Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (UB) Malang. Foto: Universitas Brawijaya Malang

Aktivitas di media sosial, terutama Facebook, sekarang sudah berbeda dengan zaman awal kemunculan aplikasi tersebut. Saat ini, berada di titik berat algoritma daripada saling bertegur sapa secara online.

Anang Sujoko Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Brawijaya (UB) Malang mengatakan, saat ini memang ada pergeseran juga untuk mindset para pengguna Facebook.

Anang menyebut, konten medsos lebih mengikuti apa yang sering dicari oleh pengguna.

“Ketika menggunakan internet terekam oleh mesin, nah ini dicatat sebagai algoritma. Kemudian, orang itu tidak ingin mencari tapi ditawarkan oleh mesin. Apa yang tampak pada internetnya, feednya, itu akan terperangkap dalam media informasi,” katanya dalam program Wawasan Radio Suara Surabaya, pada Selasa (27/5/2025).

Medsos saat ini, juga sering diwarnai oleh konten-konten yang bukan berasal dari teman medsos. Melainkan konten yang sedang FYP, meskipun itu hanya berisi video receh.

“Dan kemungkinan akan terus naik, sekarang video pendek sudah mengambil alih,” ucap Dosen Ilmu Komunikasi tersebut.

Dengan kondisi tersebut, ia mengatakan bahwa pertemanan semakin sulit untuk bisa dikembangkan di Facebook.

“Jadi pertemanan bukan lagi ada di Facebook, tapi di WhatApp, Messenger,” ujarnya.

Selain itu, konten yang beredar juga sering menyasar sesuai dengan keinginan pengguna. Sehingga, orang terkadang menganggap opininya semakin kuat dibanding memilih untuk memfilter dan kroscek terlebih dahulu.

“Untuk meyakinkan pendapat zaman dulu kita mencari, tapi sekadang disuguhi oleh algoritma. Jadi, sekarang mengakibatkan ada yang tanpa korscek,” ucapnya.

Dengan kondisi itu, ia menekankan pentingnya masyarakat untuk melakukan filter, dan mengecek ulang konten yang mengarahkan pada opini tertentu.

“Ini pelik ya, ini berhubungan dengan etika, moral,” ujarnya.

Ia berpesan, agar masyarakat bukan hanya menggunakan media sosial, tetapi juga bisa memahami bagaimna media sosial bekerja, sehingga filter konten dan kroscek bisa dimaksimalkan.

“Jadi, bagaimana memahami di balik media sosial itu bekerja, itu harus dipertanggungjawabkan apa yang dilakukan,” pungkasnya.(ris/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Senin, 8 Desember 2025
25o
Kurs