
Mendekati puncak haji, banyak jemaah yang menghabiskan waktu beribadah di Masjidil Haram.
Aini Kusuma Penyiar Radio Suara Surabaya melaporkan, ada jemaah yang memilih ibadah lanjutan, seperti salat subuh dan duhur di hotel. Namun, ketika salat ashar, magrib dan isya dilakukan di Masjidil Haram.
Hal tersebut, kata Aini, juga membuat akses keluar masjid terkunci karena kepadatan yang membuat kondisi lama tidak bergerak.
“Untuk jemaah haji khusus, jarak yang dekat memudahkan jamaah pulang dan pergi ke Masjidil Haram, sementara jemaah reguler yang tersebar di 10 sektor harus sabar waktu berangkat dan pulang ibadah dari Masjidil Haram,” katanya, Selasa (27/5/2025).
Dengan kondisi Masjidil Haram yang semakin padat, ia mengatakan bahwa jemaah bukan hanya berdesakan, tetapi sampai ada yang terpisah dari rombongan.
“Ada juga jemaah yang keliru arah ketika menuju terminal bus shalawat untuk pulang ke hotel,” imbuhnya.
Harun Al Rasyid Kepala Bidang Perlindungan Jemaah (Linjam) memberikan tips agar jemaah dalam kondisi aman dan tidak bingung ketika di Masjidil Haram.
Pertama, ia menekankan pentingnya menghafalkan rute bus shalawat yang membawa jemaah ke Masjidil Haram ketika pulang dan pergi.
“Kalau sudah punya kartu bus, setiap jemaah harus selalu membawa kartu bus, kalau tidak hafal bisa melihat kartu bus itu,” ucapnya.
Kedua, ia menekankan jemaah untuk menghafal terminal yang menjadi tempat pemberhentian bus shalawat. Di area Masjidil Haram sendiri, ada tiga terminal yaitu Syib Amir, Jabal Ka’bah dan Ajyad.
Bus Shalawat di Syib Amirmachmud mengantarkan jemaah dari wilayah Syisyah dan Raudlah. Sementara terminal Jabal Ka’bah mengantarkan jemaah dari wilayah Jarwal. Adapun terminal Ajyad mengantarkan jemaah haji dari wilayah Misfalah
“Selain nomor bus shalawat, jemaah harus hafal terminalnya dan juga arah menuju ke terminal itu,” jabarnya.
Ketiga, jika jemaah merasa bingung arah menuju terminal, bisa menjadikan Zamzam Tower atau WC 3 sebagai patokan. Ia memastikan, akan ada petugas Sektor Khusus Haram di sekitar WC 3 yang akan memberikan petunjuk arah menuju masing-masing terminal.
Harun juga mengimbau, ke Masjidil Haram tidak perlu membawa uang dalam jumlah yang banyak dan tidak memakai perhiasan mencolok, karena hal tersebut bisa berisiko kehilangan uang dan perhiasan di Masjidil Haram.
Pihaknya juga mengimbau untuk pergi ke Masjidil Haram secara bersama-sama, minimal 2-3 orang. Sehingga bisa saling mengingatkan, tapi jika rombongan terpisah, tidak perlu panik karena ada petugas seksus yang akan membantu memberikan arah ke terminal yang dituju.
Selanjutnya, ia juga mengingatkan agar jemaah tidak lupa membawa kartu Nusuk. Petugas di Masjidil Haram akan selalu memeriksa kartu Nusuk ketika jemaah masuk ke area masjid.
Harun berharap, langkah itu bisa membuat jamaah aman ketika melakukan ibadah di Masjidil Haram.
“Petugas tetap menghimbau untuk jemaah lansia, uzur dan berkebutuhan khusus agar tidak memaksakan diri salat di Masjidil Haram. Sebaliknya, mereka dianjurkan untuk salat di hotel sebagai persiapan kesehatan menjelang puncak haji Arafah, Muzdalifah dan Mina,” pungkasnya.(ris/iss)