Sabtu, 5 Juli 2025

Menko Yusril: Jaga Hubungan Baik Indonesia-Brasil, Terkait Meninggalnya Pendaki Juliana Marins

Laporan oleh Muchlis Fadjarudin
Bagikan
Yusril Ihza Mahendra Menko Kumham Imipas dalam acara pengarahan terhadap pegawai mutasi ke Kemenko Kumham Imipas di Jakarta, Senin (10/2/2025). Foto: Kemenko Kumham Imipas RI

Yusril Ihza Mahendra Menteri Koordinator Bidang Hukum, HAM, Imigrasi dan Pemasyarakatan mengimbau semua pihak untuk tetap menjaga hubungan baik antara Indonesia dan Brasil menyusul insiden meninggalnya Juliana Marins pendaki asal Brasil,, di Gunung Rinjani, Nusa Tenggara Barat.

Yusril menegaskan bahwa Pemerintah Indonesia sangat prihatin dan turut berduka atas insiden tragis yang terjadi pada 26 Juni lalu, di mana Marins dilaporkan terjatuh dari tebing setinggi 600 meter saat melakukan pendakian.

“Insiden ini adalah kecelakaan tragis yang bisa menimpa siapa saja, apalagi dengan kondisi medan Gunung Rinjani yang ekstrem dan cuaca yang tidak bersahabat,” ujar Yusril dalam pernyataan tertulis, Jumat (4/7/2025).

Menurutnya, proses evakuasi yang memakan waktu lama disebabkan oleh kondisi medan dan cuaca. Helikopter tidak dapat digunakan karena lokasi yang curam dan tertutup hutan tropis lebat. Evakuasi pun dilakukan secara manual oleh tim SAR dan relawan, yang tidak dapat berlangsung secepat harapan keluarga korban.

Yusril menjelaskan bahwa hasil otopsi yang dilakukan di Denpasar menunjukkan Marins meninggal sekitar 15–30 menit setelah terjatuh, akibat luka dalam dan patah tulang berat.

Meski pihak keluarga sempat meragukan waktu kematian dan mempertanyakan lambatnya evakuasi, Yusril menegaskan bahwa secara medis peluang menyelamatkan korban dengan luka seperti itu sangat kecil.

Terkait permintaan keluarga untuk melakukan otopsi ulang di Brasil, Yusril menyatakan Pemerintah Indonesia tidak keberatan.

“Kami menghormati permintaan keluarga. Selama prosedurnya mengikuti standar forensik yang berlaku, hasilnya kemungkinan tidak akan jauh berbeda,” katanya.

Yusril juga menanggapi pernyataan keras dari The Federal Public Defender’s Office of Brasil (FPDO), lembaga independen sejenis Komnas HAM di Indonesia, yang menyuarakan akan membawa kasus ini ke forum internasional.

Menurut Yusril, Indonesia bukan pihak dalam konvensi yang menaungi Inter-American Commission on Human Rights, sehingga langkah hukum di lembaga tersebut tidak dapat dilakukan secara sepihak.

“Pemerintah Indonesia terbuka terhadap segala bentuk kerja sama, termasuk jika Pemerintah Brasil ingin melakukan investigasi bersama agar fakta-fakta bisa terungkap secara transparan,” ujarnya.

Lebih lanjut, Yusril menyebut aparat penegak hukum di Indonesia tengah menyelidiki apakah ada unsur kelalaian dari pihak biro perjalanan, pemandu, atau otoritas Taman Nasional Rinjani dalam kecelakaan tersebut.

Penyelidikan juga akan menilai apakah proses evakuasi telah sesuai dengan standar operasional dalam kondisi ekstrem.

Menutup pernyataannya, Yusril mengingatkan bahwa insiden ini tidak boleh mengganggu hubungan bilateral Indonesia-Brasil, apalagi di tengah momentum penting seperti kehadiran Prabowo Subianto Presiden dalam pertemuan negara-negara BRICS di Brasil.

“Hubungan baik kedua negara harus tetap dijaga, dan semua langkah harus mengedepankan penyelidikan yang objektif dan saling menghormati,” tutup Yusril.(faz).

Berita Terkait


Potret NetterSelengkapnya

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Kecelakaan Truk Tabrak Gardu Tol di Gate Waru Utama

Surabaya
Sabtu, 5 Juli 2025
31o
Kurs