Selasa, 2 Desember 2025

Dokter FK Unair Raih MURI Usai Publikasikan 68 Jurnal Terindeks Scopus selama Studi Doktoral

Laporan oleh Meilita Elaine
Bagikan
Dokter Firas Farisi Alkaff Ph. D meraih Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) usai menerbitkan 68 jurnal terindeks Scopus selama masa studi doktoral di Belanda, Senin (11/8/2025). Foto: Meilita Elaine suarasurabaya.net

Dokter Firas Farisi Alkaff Ph.D meraih Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) usai menerbitkan 68 jurnal terindeks Scopus selama masa studi doktoral di Belanda.

Rekor MURI itu diberikan sebagai dosen fakultas kedokteran dengan jumlah publikasi terbanyak di jurnal terindeks Scopus selama studi doktor ilmu kedokteran.

“Totalnya 68 jurnal dari indeks Scopus. Internasional semua betul. Selama studi S3 lima setengah tahun di Belanda,” katanya usai menerima rekor MURI di FK Unair, Senin (11/8/2025).

Dokter yang sedang menempuh pendidikan doktoral di bidang transplantasi ginjal itu, menyebut 20 persen dari 68 jurnalnya meneliti soal itu.

Menurutnya, belum ada penanganan tepat untuk kasus gagal ginjal di Indonesia yang terus meningkat.

“Banyaknya terapi cuci darah. Tapi pandangan saya cuci darah ini bukanlah penyembuhan tapi hanya perpanjangan saja karena kita tahu tidak akan sembuh dengan cuci darah betul karena diganti oleh mesin,” katanya lagi.

Sementara di negara lain, termasuk Belanda sudah memperbolehkan transplantasi ginjal yang dinilai lebih hemat biaya dibanding cuci darah.

“Di Indonesia sampai saat ini kan tidak boleh donor meninggal ya, harus donor hidup. Padahal kalau di luar negeri itu semua donor meninggal dipakai,” imbuhnya.

Ia berharap, ke depan transplantasi ginjal bisa dilaksanakan di Indonesia.

“Groningen Belanda karena itu punya kohort transplantasi yang besar,” tandasnya.

Sementara Prof Budi Santoso Dekan FK Unair mengapresiasi capaian Dokter Firas sekaligus komitmen mendukung penerapan penelitiannya di Indonesia.

“Kalau transplantasi organ itu tidak hanya berkaitan dengan operasinya bagaimana nyambung satu organ ke organ orang lain, bukan. Tapi bagaimana penolakannya, bagaimana sistem imunnya, bagaimana proses-proses supaya tidak terjadi apa tidak terjadi penolakan,” bebernya. (lta/saf/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Selasa, 2 Desember 2025
27o
Kurs