
Yuliot Tanjung Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) menyampaikan bahwa ada tujuh pekerja PT Freeport Indonesia (PTFI) yang terjebak longsor tambang bawah tanah di Grasberg Block Cave, Papua Tengah, dan belum ditemukan, meski telah menggali dua terowongan.
“Dua terowongan yang baru dibuat sudah sampai di titik lokasi awal, tempat pegawai yang terjebak tadi. Tetapi, yang bersangkutan (pekerja yang terjebak) tidak ada di lokasi,” ujar Yuliot di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, saat dilansir dari Antara, Jumat (12/9/2025).
Yuliot menjelaskan bahwa awalnya, ketika longsor material terjadi, tujuh pekerja yang terjebak masih bisa berkomunikasi dengan tim Freeport menggunakan handy talkie (HT).
Dari komunikasi tersebut, disimpulkan titik lokasi awal para pekerja terjebak, dan estimasi awal tim Freeport bisa mencapai titik tersebut adalah 30 jam.
Akan tetapi, setelah 30 jam, meskipun Freeport sudah menggali 2 terowongan baru untuk mencapai titik tersebut, para pekerja yang terjebak belum dapat ditemukan.
Kemungkinan, ujar Yuliot, para pekerja belum ditemukan karena situasi tambang bawah tanah yang berliku-liku.
Selain itu, HT yang semula menjadi sarana komunikasi pun tidak lagi berfungsi.
“Komunikasi ini mungkin (terputus karena) habis baterai atau apa, ini sudah putus komunikasi,” tambahnya dilansir dari Antara.
Akan tetapi, ujar dia pula, tim di lapangan masih berusaha untuk menelusuri terowongan tersebut. Situasi tersebut menyebabkan Yuliot belum bisa memberi estimasi terbaru ihwal kapan para pekerja Freeport yang terjebak longsoran dapat ditemukan.
“Karena kondisinya agak berbeda dari perkiraan awal, jadi kami usahakan (ditemukan) secepatnya,” kata Yuliot.
Sebelumnya, Tony Wenas Presiden Direktur PT Freeport Indonesia menyebut jajarannya mengerahkan semua sumber daya yang dimiliki untuk menyelamatkan tujuh pekerja yang hingga kini masih terjebak dalam area tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), di Tembagapura, Mimika, Papua Tengah.
Tim tanggap darurat PTFI, katanya lagi, bekerja tanpa henti membuka akses ke lokasi perkiraan keberadaan ketujuh pekerja dengan bantuan alat berat, bor, dan drone, meski terkendala material basah aktif, sambil berupaya memulihkan kembali akses komunikasi.
Dalam melakukan berbagai upaya itu, PTFI bekerja sama dengan Inspektur Tambang dari Kementerian ESDM, pihak MIND ID, dan Freeport McMoRan.
Tony menyebut tantangan terberat yang dihadapi untuk mengevakuasi tujuh pekerja yang masih terjebak tersebut, yakni material lumpur bijih basah yang masuk ke area tambang bawah tanah GBC sangat banyak.
Longsor lumpur bijih basah terjadi di area tambang bawah tanah di kawasan Grasberg Block Cave (GBC) Extraction 28-30 Panel, Tembagapura, Kabupaten Mimika, pada Senin, (8/9/2025) malam sekitar pukul 22.00 WIT.
Aliran material basah dalam jumlah besar dari titik pengambilan produksi di salah satu blok produksi, menutup akses ke area tertentu di tambang, sehingga membatasi rute evakuasi bagi tujuh pekerja yang terjebak.
Akibat kondisi itu, PTFI menghentikan sementara seluruh operasi tambang bawah tanah untuk memfokuskan pada upaya evakuasi dan pemulihan. (ant/ata/ris/iss)