
Syaifur Rosi (14 tahun) jadi korban selamat kedua yang harus diamputasi, setelah dievakuasi dari reruntuhan musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran Sidoarjo pada hari ketiga pencarian, Rabu (1/10/2025) kemarin.
Tindakan amputasi telapak kaki kanan itu harus ia terima, setelah tiga hari berjuang di bawah reruntuhan bangunan, menunggu bantuan.
“Satu badan enggak bisa gerak, (saya) digendong ke ambulans,” kata Rosi waktu menceritakan dirinya saat dievakuasi, Kamis (2/10/2025).
Ia masih mengingat betul, sesaat pascabangunan runtuh dan ia tertimpa bongkahan, sambil menahan sakit, Rosi sempat mencoba mendorong beton bersama teman-temannya.
“Enggak bisa beton ini beton, enggak kuat,” katanya menggambarkan usaha keras bersama teman-temannya, Senin (29/9/2025) lalu, yang tak membuahkan hasil.
Tiga hari kemudian ia lewati tanpa tidur, sambil berupaya teriak minta tolong, berharap suaranya didengar warga maupun petugas penyelamat.
Ia bertahan hanya mengandalkan celah bongkahan bangunan untuk melihat cahaya matahari dan udara untuk napas. Tak bisa mengakses bantuan oksigen apalagi makanan. “Kayak angin gitu,” ungkapnya.
Setiap lelah, ia hanya bisa melantunkan selawat dan istighfar, sampai akhirnya pada, Rabu (1/10/2025) sore, ia mendengar petugas mendekat hingga akhirnya dia berhasil dievakuasi.
“Saya masih nunjukkan teman. ‘Pak, teman saya, Pak. Teman saya dulu, Pak’. Iya, baru saya langsung dilarikan ke sini,” ujarnya menggambarkan komunikasinya dengan petugas penyelamat agar menolong rekan santri yang lain.
Sekarang, santri asal Sidoarjo itu berharap, bisa punya kaki palsu untuk membantu kakinya menopang tubuh. (lta/bil/faz)