
Sebanyak 49 korban diperkirakan masih tertimbun reruntuhan musala Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran Sidoarjo di hari keenam pencarian, Sabtu (4/10/2025).
Letjen TNI Suharyanto Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebut, jumlah itu perkiraan berdasarkan data dari Pondok Pesantren Al Khoziny.
“Apakah yakin 49 itu ada di situ, kita semua enggak tahu. Karena kan ada di reruntuhan. Harapannya ya mudah-mudahan sama 49 itu sesuai dengan data yang ada di sini,” ungkapnya.
Hari keenam pencarian ini, petugas akan memasifkan pembersihan reruntuhan bangunan dengan penggunaan alat berat yang maksimal. Tim sudah mengidentifikasi titik kemungkinan ada korban.
“Ya memang dari mulai kemarin karena sudah masuk ke titik-titik yang mungkin ada korban di situ ya sudah ditandai, saya katakan itu yang di situ tidak ada indikasi ada jenazah, itu langsung diambil oleh alat berat dengan maksimal,” bebernya.
Data kalkulasi sementara jumlah korban keseluruhan hingga hari ini, ada 167 orang, 118 di antaranya sudah ditemukan, 49 dalam pencarian.
Dari yang ditemukan, 104 orang selamat, 14 orang meninggal.
“Terdiri dari 103 selamat ditambah 1 yang namanya Ibnu Farirus dalam daftar hilang ada tapi selamat, tapi ga di sini, ada di tempat lain. Berarti 104 yang selamat,” jelasnya.
“5 (jenazah) sudah ada datanya. Yang pertama meninggal itu sudah ada datanya 5 (orang). Yang 9 ini yang bentuk jenazah masih dalam proses identifikasi,” tambahnya.
Selama 2 hari kemarin alat berat mulai digunakan setelah tidak ada tanda-tanda kehidupan korban, progres pengangkatan puing bangunan berjalan 40 persen.
“Semaksimal mungkin dibongkar itu. Semua alat berat di situ. Ya nanti targetnya secepat mungkin. Ya mudah-mudahan nanti hari ini kalau kemarin dua hari 40 persen, ya sekarang nambah 20 atau 30 persen lagi,” terangnya.
Ia menerangkan besarnya balok-balok beton bangunan berukuran besar, membuat pengangkatan tak bisa mudah dilakukan. Alasannya, karena masih ada jasad korban di bawahnya.
“Enggak mungkin kita itu asal aja ngambil. Walaupun sudah meninggal gitu ya. Masa kita tega sih kalau ngambilnya serampangan sehingga mengakibatkan, mohon maaf nih korban ini tiba-tiba tambah parah, terpotong atau gimana kan. Kita manusia ini selalu menomor satukan lah. Manusia lainnya meskipun itu sudah dalam keadaan meninggal dunia,” tuturnya. (lta/iss)