
Setidaknya 60 warga Palestina, termasuk seorang anak perempuan, tewas akibat serangan terbaru militer Israel di Jalur Gaza pada, Sabtu (20/9/2025).
Padahal sehari sebelumnya, Jumat (3/10/2025), Donald Trump Presiden AS telah meminta Israel segera mengehentikan pengeboman usai kelompok perlawanan Hamas menyatakan kesediaannya membebaskan sandera sesuai proposal gencatan senjata Trump.
Trump sebelumnya yakin Hamas sudah siap menuju perdamaian yang berkelanjutan. Namun serangan udara dan artileri Israel terus menghantam berbagai wilayah di Gaza, menambah jumlah korban yang mayoritas adalah perempuan dan anak-anak.
Melansir Anadolu, di Kota Gaza, enam orang tewas dan lainnya tertimbun reruntuhan ketika jet tempur Israel menghantam rumah keluarga di Distrik al-Tuffah, menurut sumber medis. Di kawasan yang sama, 17 warga Palestina, termasuk tujuh anak, juga tewas akibat serangan di area pemukiman.
Satu orang tewas dalam serangan di sebuah rumah di Jalan al-Yarmouk, sementara serangan udara di dekat Laboratorium al-Sharq, kawasan al-Labbabidi, menewaskan satu warga dan melukai beberapa lainnya.
Selain itu, setidaknya 14 orang lainnya dilaporkan tewas akibat serangan di berbagai titik Kota Gaza. Pasukan Israel juga melakukan penghancuran besar-besaran dengan robot jebakan jarak jauh di lingkungan Sabra, Tel al-Hawa, Rimal, Nasr, dan Kamp Pantai.
Saksi mata mengatakan tank Israel sedikit mundur dari Jalan al-Jalaa dan kawasan Nasr, tetapi tetap mengendalikan wilayah tersebut dengan drone rendah yang menembaki setiap pergerakan, termasuk masyarakat sipil.
Sejak Agustus lalu, pemerintah Israel menyetujui rencana Benjamin Netanyahu Perdana Menteri untuk melakukan reokupasi penuh Jalur Gaza, dimulai dari Kota Gaza. Tiga hari setelah rencana itu diumumkan, Israel melancarkan serangan besar-besaran yang menghancurkan rumah, gedung tinggi, tenda pengungsi, hingga rumah sakit.
Di Kamp Pengungsi Nuseirat, seorang anak perempuan tewas dan beberapa lainnya terluka akibat serangan ke sebuah apartemen di Jalan al-Ishrin. Satu korban jiwa lain juga dilaporkan di wilayah tengah Gaza.
Sementara itu, di Gaza selatan, delapan orang tewas akibat serangan udara dan tembakan artileri Israel. Rumah Sakit Nasser di Khan Younis menerima 11 jenazah tambahan akibat serangan di daerah tersebut.
Artileri Israel menggempur sejumlah wilayah Khan Younis, sementara kendaraan lapis baja melepaskan tembakan ke arah utara dan tengah kota. Bagian utara Khan Younis juga kembali dihantam artileri.
Radio militer Israel dan penyiar resmi KAN melaporkan adanya instruksi politik untuk “menghentikan operasi pendudukan di Kota Gaza” dan mengurangi aktivitas militer menjadi langkah defensif semata.
Kantor Netanyahu menyatakan Israel sedang bersiap melaksanakan tahap pertama rencana Trump yang mencakup pembebasan seluruh sandera.
Surat kabar Maariv melaporkan Netanyahu menggelar rapat darurat tengah malam bersama sejumlah menteri terbatas, pejabat militer senior, dan tim negosiasi, tanpa melibatkan Bezalel Smotrich Menteri Keuangan dan Itamar Ben-Gvir Menteri Keamanan Nasional yang menentang penghentian perang.
Meski demikian, pasukan Israel tetap mendorong warga Kota Gaza untuk mengungsi. Militer memperingatkan bahwa wilayah di utara Wadi Gaza masih menjadi “zona tempur berbahaya” dan siapa pun yang bertahan berisiko besar.
Israel juga menegaskan terus mengepung Kota Gaza dan melarang warga kembali ke area operasi militer di seluruh wilayah, termasuk di selatan.
Sejak Oktober 2023, lebih dari 67.000 warga Palestina telah tewas akibat bombardir Israel, sebagian besar perempuan dan anak-anak. PBB serta berbagai organisasi hak asasi manusia berulang kali memperingatkan bahwa Gaza semakin tidak layak huni, dengan kelaparan dan penyakit yang cepat menyebar di tengah pengungsian massal. (bil/iss)