Selasa, 7 Oktober 2025

Dari Fomo ke Habit, Padel Jadi Sarana Gaya Hidup Sehat dan Networking Baru

Laporan oleh Risky Pratama
Bagikan
Permainan padel di salah satu vanue di kawasan Surabaya Barat. Foto: Risky suarasurabaya.net

Ricky Bastian Ketua Bidang Humas Perkumpulan Besar Padel Indonesia (PBPI) Jawa Timur mengungkapkan, olahraga padel masih memiliki antusias yang tinggi di Surabaya hingga saat ini.

Bahkan, kata dia, lapangan padel di sejumlah venue di Surabaya juga penuh dari pagi hingga malam hari.

“Sekarang lapangan itu penuh terus, bahkan ada yang main jam 11 malam sampai jam 1 pagi. Yang kosong cuma jam 2 sampai jam 4 subuh,” katanya pada Selasa (7/10/2025).

Ricky mengatakan, olahraga padel mulai populer di Indonesia sejak masa pandemi di Bali, dan kini berubah jadi simbol gaya hidup aktif. Yakni, bukan hanya sebatas olahraga, tetapi padel juga menjadi ajang sosialisasi dan networking bagi para pemain dari berbagai kalangan.

“Padel ini unik karena dimainkan berpasangan. Jadi selama dua jam bisa ganti partner, ketemu orang baru, ngobrol, tukar kontak. Di situ nilai sosialnya,” ujarnya.

Harga perlengkapan untuk bermain padel juga bervariasi, yakni menyesuaikan kemampuan pemain. Ia menyebut, harga raket bisa di angka kisaran Rp1 juta hingga Rp10 juta.

PBPI Jatim mencatat, antusiasme masyarakat terus tumbuh seiring meningkatnya jumlah lapangan di berbagai kota seperti Surabaya, hingga Jember, Kediri, Bondowoso, dan Banyuwangi.

“Kami bahkan sudah punya dua atlet asal Jatim yang masuk tim nasional dan akan bertanding di World East Cup di Qatar, Oktober ini,” tambahnya.

Ia mengatakan, padel saat ini lebih dari sekadar tren sesaat, tetapi mulai mengakar sebagai bagian dari gaya hidup sehat, menambah jejaring sosial, hingga prestasi olahraga di Jatim.

Kennedy Khusnadi CEO Jungle Padel Citraland, Surabaya membeberkan, bahwa antrean di vanue miliknya, mencapai satu hingga dua bulan untuk bisa bermain.

Durasi setiap satu jam bermain padel di lapangan tersebut, dibanderol dengan harga Rp800.000.

“Kami sangat yakin ini akan bertahan masih lama ya. Hanya tidak bisa dipungkiri, pasti suatu saat itu nanti supply akan menyusul demandnya. Saya rasa di semua jenis usaha, kalau supply itu lebih tinggi demandnya, ya pasti banyak orang yang akan memenuhi supply-nya. Jadi nanti ke depan itu kembali lagi sebenarnya ke masing-masing klubnya,” jabarnya.

Rudie Risdianto pemilik Uno Padel Surabaya juga menyatakan bahwa saat ini terus bermunculan wajah-wajah baru yang bermain padel di lapangan miliknya.

Di lapangan miliknya, rata-rata yang bermain padle umur antara 25 sampai 50 tahun. Dalam satu jam bermain padel, dibanderol dengan harga Rp340 ribu sampai Rp400 ribu.

“Ada dua, yang di Royal Residence lapangannya dibuat dari nol, waktu itu masih tanah. Yang di kawasan Samator itu kita memanfaatkan gedung yang sudah ada,” ucapnya.

Nathanael Hermawan Manager Graha Padel Club, Graha Famili Surabaya, menambahkan bahwa permainan padel juga diikuti oleh mereka yang hobi bermain tenis.

“Yang dulu basic-nya tenis, sekarang ingin mencoba juga di padel yang lagi tren,” ujarnya.

Setiap satu jam bermain padel di lokasi tersebut, dibanderol dari Rp250 ribu sampai Rp450 ribu.

Pihaknya yakin, olahraga padel meskipun saat ini banyak yang fomo, akan tetap diganderungi oleh masyarakat. Apalagi, sudah mulai ada turnamen-turnamen padel resmi yang dipertandingkan.(ris/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Selasa, 7 Oktober 2025
28o
Kurs