Jumat, 10 Oktober 2025

Kisah Tim Rescue Surabaya, Merangsek ke Reruntuhan Mencari Suara Rintihan Santri

Laporan oleh Wildan Pratama
Bagikan
(Dari kiri ke kanan) Abdul Aziz, Elvanio Santosa, Viki Alex Candra Tim Rescue Damkar Surabaya waktu ditemui di Mako Pasar Turu menceritakan pengalaman Operasi SAR di Ponpes Al Khoziny, Kamis (9/10/2025). Foto: Wildan suarasurabaya.net

Tolong pak, tolong pak, saya sakit. Cepetan pak.

Rintihan suara santri itu masih diingat jelas oleh Elvanio Santoso, Tim Rescue Damkar Surabaya waktu bertugas dalam operasi pencarian korban ambruknya bangunan musala Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny Sidoarjo.

Dalam celah sempit berukuran sekitar 30 sentimeter, Elvanio merangsek masuk menembus tumpukan beton. Melawan rasa takut demi satu tugas kemanusiaan, yakni mengevakuasi santri yang terjebak reruntuhan.

“Saya enggak bisa membayangkan ya. Misalkan saya di posisi mereka itu betapa paniknya mereka, betapa takutnya mereka,” ucap Elavnio saat ditemui suarasurabaya.net di Mako Damkar Pasar Turi Surabaya, Kamis (9/10/2025).

Ratusan santri dilaporkan terjebak reruntuhan. Bangunan tiga lantai itu ambruk membentuk ‘pancake model’ atau menumpuk ke bawah secara vertikal dengan kestabilan yang minim. Artinya, rawan terjadi runtuhan susulan.

Ruang gelap dan sempit jadi kendala utama. Belum lagi taruhan nyawa soal potensi runtuhan susulan. Upaya penyelamatan jadi semakin krusial.

Namun di balik kesulitan itu, ada satu petunjuk yang didapatkan Tim SAR. Para korban selamat mulai berteriak, merintih, dan berharap adanya pertolongan.

“Ada suara-suara minta tolong. Dari kanan, sebelah kanan itu masih ramai. Mungkin ada tiga orang lebih saya perkirakan waktu itu,” ucapnya.

Satu di antara para korban terjebak itu, ada yang terus menangis kesakitan sebab kaki kirinya tertimpa beton besar. Namanya Haical.

Elvanio yang mendengar tangisan nyaring itu meminta salah seorang santri menenangkan Haical. Ia berjanji bakal menyelamatkan mereka semua dari jepitan beton-beton besar.

“Di situ ada suara anak kecil yang namanya Haical itu, dia nangis, nangis, kesakitan. Saya bilang sama yang tangannya saya pegang ini. Tolong tenangin temanmu. Ajak doa, minta perlindungan sama Tuhan. Kita pasti berusaha semaksimal mungkin,” ungkapnya.

Tim SAR Gabungan mulai memutar otak mencari cara menyelamatkan korban. Akhirnya, mereka mencoba memasang lifting bag sebagai penyangga reruntuhan, kemudian mengebor beton untuk membuka jalur, dan membuat parit sebagai celah mengevakuasi santri.

Cara-cara itu terus dilakukan hingga hari ketiga operasi SAR. Sejumlah korban di lokasi yang mudah dijangkau sudah bisa terselamatkan.

Namun, tidak dengan Haical, Alfatih dan kawan-kawannya. Sedikitnya ada tujuh santri yang masih terjebak dengan keadaan selamat di hari ketiga itu. Kondisi mereka cukup krusial untuk diselamatkan.

Tumpukan beton-beton membuat Tim SAR harus bekerja ekstra untuk membuka celah bagi mereka. Sedangkan fase Golden Time akan segera habis di hari berikutnya.

Sementara itu Elvanio terus memantau kondisi para korban lewat suara-suara dari balik reruntuhan. Sambil menunggu adanya celah, para korban selamat terus disuplai makan, minum dan oksigen.

“Oksigen tipis kita ganti, tipis kita ganti. Sampai kita juga bikin gorong-gorong (parit) untuk nyelamatin itu,” tuturnya.

Kerja keras Tim SAR mulai membuahkan hasil. Celah mulai terbuka. Satu persatu korban yang terjebak tadi mulai bisa dikeluarkan dari dalam reruntuhan.

Termasuk Haical yang berhasil dievakuasi grup khusus Basarnas. Namun ada pemandangan memilukan bagi Elvanio, yakni seorang santri yang ditemukan meninggal bersujud di samping Haical.

“Haical itu kita cukup sulit menjangkau. Sudah bisa menjangkau pun mengeluarkan si Haical itu susah juga karena dia posisinya masih terhimpit. Jalan aksesnya juga tertutup korban yang sujud itu,” kata Elvanio.

Proses evakuasi Tim SAR di reruntuhan bangunan Ponpes Al Khoziny Sidoarjo, Senin (29/9/2025). Foto: Wildan suarasurabaya.net

“Di baliknya balok beton itu banyak anak. Yang kita berhasil selamatkan itu ada empat dari situ. Masih selamat semua,” sambungnya.

Tim SAR terus berpacu dengan fase Golden Time yang segera habis di hari keempat pencarian. Menjelang detik-detik akhir, Elvanio bersama tim terus membuat parit agar membuka celah.

Proses membuat parit cukup lama, bisa sampai lima jam. Namun ia yakin masih ada harapan untuk menyelamatkan para santri ini. Sementara doa-doa terus dipanjatkan keluarga dari Posko Gabungan supaya anak maupun keponakan mereka bisa segera dievakuasi.

Sedangkan di balik gelapnya reruntuhan, para santri yang selamat terus memanjatkan doa dan dzikir. Berharap Tim SAR segera menyelamatkan mereka.

Proses pembuatan parit untuk korban selamat pun akhirnya selesai. Dalam operasi pencarian terakhir, Elvanio menyebut Alfatih dan kawan-kawan berhasil diselamatkan. Termasuk santri bernama Yusuf yang ditemukan sambil membawa Al-Quran.

“Rescue terakhir itu grupnya Alfatih. Itu saya juga bikin akses (parit) untuk korban lainnya. Waktu itu ada namanya Yusuf juga dia berhasil keluar masih bisa berdiri sambil bawa Al-Quran, itu saya bikin akses lubang untuk Yusuf,” ungkapnya.

Pengelaman serupa juga dibagikan Aziz Tim Rescue Damkar Surabaya saat berjuang menyelamatkan nyawa para santri. Di balik reruntuhan itu ia mencoba memberi harapan hidup bagi para korban.

Salah satunya kepada Alfatih. Ia terus memberi semangat agar tetap bertahan, sebab keluarganya sedang menunggu di luar. Kadang Aziz juga mencairkan suasana supaya korban tetap tenang.

“Kita juga nyoba guyon sama mereka. Misalkan sama Alfatih, saya sempet tanya, ‘kamu mau apa?’ dijawab ‘mau nasi bebek pak’, ‘nasi bebek gak ada, entar aja kalau keluar lubang saya belikan’. Terus kita ketawa, ngimbangi mereka, menghibur aja biar enggak tegang,” ucapnya menirukan percakapan.

Begitu Alfatih akan segera dievakuasi Tim SAR, Aziz langsung mencari pihak keluarga. Ia memanggil ayah korban sambil berbisik pelan memberitahu kondisi anaknya saat ini. Tangis sang ayah pun pecah di pelukan Aziz.

“Pak satu jam lagi, Alfatih bisa dievakuasi. Kondisinya alhamdulillah selamat,” tutur Aziz saat itu.

Operasi hari keempat pun sudah memasuki sore hari, artinya fase Golden Time sudah habis. Tim SAR melakukan asesmen ulang. Memastikan lagi keberadaan korban hidup, namun hasilnya nihil.

Akhirnya operasi menggunakan alat berat dimulai. Fokus pencarian kini beralih mengangkat puing bangunan dan mengevakuasi jenazah santri.

Bagi Elvanio dan Aziz, operasi SAR di Ponpes Al Khoziny meninggalkan duka mendalam. Kerja keras mereka ternyata tak bisa menyelamatkan semua korban.

“Yang paling sedih ya itu. Waktu kita menemukan santri selamat, kita coba suplai terus oksigen, makanan. Tapi hari berikutnya meninggal. Belum bisa dievakuasi karena posisinya terjepit,” ucapnya.

Untuk diketahui, bangunan tiga lantai beserta mushala di Pondok Pesantren Al Khoziny Sidoarjo dilaporkan ambruk sekitar pukul 15.15 WIB, tepatnya saat salat asar rakaat kedua pada Senin (29/9/2025).

Selama sembilan hari operasi SAR berlangsung, total korban dalam tragedi ini mencapai 171 orang, terdiri dari 67 korban meninggal dunia termasuk delapan body part, dan 104 selamat.(wld/bil/ipg)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Jumat, 10 Oktober 2025
28o
Kurs