Sabtu, 11 Oktober 2025

Ribuan Anak SD di Surabaya Jalani Pemeriksaan Mata dalam Peringatan World Sight Day 2025

Laporan oleh Akira Tandika Paramitaningtyas
Bagikan
Dokter mata melakukan pemeriksaan mata untuk menentukan tingkat rabun dan kecocokan ukuran kacamata dalam peringatan World Sighy Day 2025, Sabtu (11/10/2025). Foto: Akira suarasurabaya.net

Memperingati World Sight Day atau Hari Penglihatan Sedunia 2025, ribuan anak sekolah dasar (SD) di Surabaya, menjalani pemeriksaan mata gratis, yang digelar di Islamic Centre Surabaya, Sabtu (11/10/2025).

Nova Joko Pamungkas Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) Ikatan Profesi Optometris Indonesia (IROPIN) menerangkan, sebanyak 3.000 anak SD dari 12 sekolah di Surabaya menjalani pemeriksaan mata, untuk menekan angka kelainan refraksi pada anak.

“Kelainan refraksi itu saat anak-anak tidak bisa fokus saat melihat suatu objek. Biasanya, kelainan ini bisa ditangani dengan penggunaan kacamata,” katanya, saat diwawancara awak media, Sabtu (11/10/2025).

Ribuan siswa SD dari 12 sekolah di Surabaya mengikuti pemeriksaan mata gratis untuk memperingati World Sight Day 2025, Sabtu (11/10/2025). Foto: Akira suarasurabaya.net

Selain melakukan pengecekan untuk pemberian kacamata, anak-anak juga dilakukan pemeriksaan untuk mendeteksi adanya kelainan organik lain yang mempengaruhi penglihatan.

“Kami hadirkan dokter spesialis mata, untuk membantu pemeriksaan kelainan organik lain seperti, memeriksa mata luar dan dalam, hingga ke saraf-saraf. Kalau ditemukan ada kelainan, nanti akan dirujuk untuk melakukan pemeriksaan lanjutan,” tambahnya.

Adapun dr. Muhammad Firmansjah Ketua Pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) Jatim menjelaskan, bahwa tema dalam peringatan Wolrd Sight Day 2025 adalah “Love Your Eyes”.

“Prinsipnya, dalam peringatan World Sight Day 2025 kami berupaya untuk meningkatkan awareness agar masyarakat mau lebih memperhatikan fungsi penglihatan. Dan saat ini fokus yang paling penting adalah screening sejak usia dini yaitu pada usia sekolah,” jelasnya.

Karena, lanjut Firman, kalau kelainan refraksi tidak ditangani secara dini akan mengakibatkan penurunan fungsi penglihatan. Paling parah, terjadi secara permanen atau tidak lagi dapat dilakukan perbaikan dengan kacamata.

Firman menyebutkan, permasalahan utama jarangnya masyakarat melakukan pengecekan mata, bukan pada pembiayaan.

“Tapi survey pada tahun 2016 untuk Rapid Assessment of Avoidable Blindness, permasalahan utamanya adalah karena masyarakat tidak tahu kalau mereka memiliki kelainan. Permasalahan bukan pada pembiayaan, tapi paling besar karena masyarakat tidak memeriksakan diri,” tutupnya.(kir/bil/iss)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Pajero Masuk Sungai Menur Pumpungan

Surabaya
Sabtu, 11 Oktober 2025
30o
Kurs