
Larangan makan setelah pukul 20.00 malam sudah lama beredar dalam budaya populer. Alasannya, makan terlalu malam disebut bisa menyebabkan gangguan pencernaan, refluks asam, hingga memengaruhi kadar gula darah.
Namun, apakah aturan ini benar-benar berlaku bagi semua orang?
Meski belum ada bukti kuat bahwa pukul 20.00 malam adalah batas waktu makan yang mutlak, sejumlah ahli setuju bahwa membatasi makan di malam hari memang bisa membawa manfaat.
Menurut Janese S. Laster ahli gastroenterologi dan nutrisi, makan malam hari cenderung melibatkan makanan olahan tinggi lemak dan karbohidrat yang kurang bernutrisi.
“Waktu makan memengaruhi pencernaan, metabolisme, dan penyerapan makanan yang berdampak pada berat badan,” ujarnya dilansir dari laman Health, Sabtu (11/10/2025).
Sebuah studi pada 2022 menunjukkan bahwa makan di sore hari cenderung meningkatkan rasa lapar, mengurangi pembakaran kalori, dan meningkatkan penyimpanan lemak dalam tubuh.
Caroline Soyka ahli gastroenterologi menambahkan bahwa makan terlalu dekat dengan waktu tidur juga meningkatkan risiko refluks asam.
Oleh karena itu, bagi mereka yang mengalami gangguan pencernaan seperti kembung atau mulas, disarankan untuk tidak makan dalam 90 menit sebelum tidur.
Namun, bukan berarti makan setelah pukul 8 malam selalu buruk.
“Efek makan malam hari sangat bergantung pada jenis makanan yang dikonsumsi dan kebiasaan individu,” kata Julie Pace ahli diet.
Studi tahun 2015 menunjukkan bahwa camilan malam hari yang rendah kalori dan padat nutrisi tidak selalu berdampak negatif pada kesehatan.
Bess Berger ahli gizi lainnya, menjelaskan bahwa perbedaan utama terletak pada pilihan makanan.
“Camilan sehat seperti buah, sayur, atau kacang-kacangan tentu lebih baik daripada makanan tinggi lemak dan gula seperti pizza atau keripik, kapan pun dikonsumsi,” ujarnya.
Bagi orang dengan jadwal sibuk atau pola kerja bergilir, menetapkan batas waktu makan bisa menjadi sulit. Dalam kasus tertentu, seperti penderita diabetes, melewatkan makan malam justru bisa berbahaya.
Oleh karena itu, penting untuk menyesuaikan waktu makan dengan kondisi kesehatan dan kebutuhan pribadi.
Alih-alih terpaku pada pukul 8 malam, para ahli menyarankan memberi jeda sekitar dua hingga tiga jam antara waktu makan terakhir dan waktu tidur. Ini memberi waktu bagi lambung untuk mencerna makanan, yang rata-rata memerlukan waktu empat jam.
Soyka menekankan bahwa jadwal makan yang konsisten dan kebiasaan makan yang sehat lebih berpengaruh terhadap kesehatan secara keseluruhan dibanding jam makan semata. (saf/faz)