
Pasukan Israel pada, Sabtu (11/10/2025), dilaporkan membongkar sejumlah pusat distribusi bantuan kemanusiaan di Jalur Gaza yang dikelola oleh organisasi asal Amerika Serikat (AS), setelah diberlakukannya gencatan senjata antara Israel dan Hamas.
Melansir kantor berita Xinhua, Senin (13/10/2025), menurut sumber Palestina yang enggan disebut namanya, langkah itu menargetkan fasilitas milik Gaza Humanitarian Foundation (GHF).
Pembongkaran dilakukan secara mendadak pada Sabtu malam tanpa pemberitahuan, termasuk di lokasi dekat pos pemeriksaan Netzarim yang dikendalikan Israel.
Hingga kini, militer dan pemerintah Israel belum memberikan pernyataan resmi. Namun, Radio Tentara Israel melaporkan bahwa “proyek pusat distribusi bantuan Amerika berakhir tanpa pengumuman resmi.”
Langkah ini terjadi di tengah upaya para mediator internasional untuk memulihkan aliran bantuan kemanusiaan ke Gaza, setelah dua tahun perang yang membuat sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza bergantung pada bantuan untuk bertahan hidup.
Untuk diketahui, GHF adalah lembaga swadaya masyarakat (LSM) asal AS yang didirikan pada Mei lalu, didanai pemerintah AS dan berada di bawah pengawasan militer Israel.
Lembaga itu dibentuk sebagai alternatif dari UNRWA (Badan PBB untuk Pengungsi Palestina) dan organisasi internasional lainnya, di tengah tudingan Israel bahwa Hamas menyalahgunakan bantuan untuk kepentingan militer.
Sumber tersebut menjelaskan, GHF mengoperasikan empat pusat utama di Gaza bagian tengah dan selatan, yang dikelilingi kawat berduri serta dijaga ketat oleh aparat bersenjata.
Namun, kehadiran lembaga ini memicu kemarahan publik Palestina, karena dianggap tidak aman setelah berulang kali terjadi insiden saat pembagian bantuan.
Kantor media Hamas menyebut lebih dari 2.500 orang tewas dan 18.000 lainnya terluka akibat insiden berdesakan dan penembakan oleh militer Israel sejak GHF mulai beroperasi. Namun, angka tersebut belum bisa diverifikasi secara independen.
Adapun gencatan senjata antara Israel dan Hamas mulai berlaku pada Jumat (10/10/2025), setelah tiga hari pembicaraan intensif di Sharm el-Sheikh, Mesir, yang dimediasi oleh Mesir, Qatar, Turki, dan Amerika Serikat. (bil/iss)