
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya akan mendampingi masa depan Nur Ahmad korban tertimpa reruntuhan Pondok Pesantren Al Khoziny, hingga tangannya harus diamputasi di lokasi kejadian agar bisa dievakuasi.
Eri Cahyadi Wali Kota Surabaya memastikan, pendampingan pertama yang dilakukan berupa pemulihan trauma akibat kejadian.
“Jadi kita lakukan pendampingan psikis, kita lakukan pendampingan keluarga, terutama psikis dulu,” katanya ketika ditemui di Gedung Sawunggaling Pemkot Surabaya, Senin (13/10/2025).
Setelah itu, Pemkot Surabaya akan melakukan pendampingan lain, terkait masa depan Nur Ahmad pascatangan kirinya diamputasi.
“Karena otomatis, mohon maaf, kalau sudah seperti ini kan dalam keadaan tidak normal. Maka pekerjaannya harus saya pikirkan juga. Bagaimana dia tetap bisa sekolah sampai dia lulus, dan dia setelah itu bekerja. Nanti kita diskusikan dengan keluarganya,” bebernya.
Diberitakan sebelumnya, Nur Ahmad harus diamputasi lengan kiri agar bisa dievakuasi saat kejadian runtuhnya musala Pondok Pesantren Al Khoziny, Senin (29/8/2025) lalu.
Tangannya tertimpa beton besar sejak kejadian hingga posisinya bisa diketahui oleh tim search and rescue (SAR) gabungan sekitar pukul 19.30 WIB atau 4,5 jam pascakejadian. (lta/saf/ipg)