
Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya melalui RSUD dr. Soewandhie terus memperkuat sistem layanan kegawatdaruratan jantung dengan menghadirkan program Fast Track “Chase Pain”, inovasi layanan cepat tanggap bagi masyarakat yang mengalami gejala nyeri dada atau serangan jantung.
Dokter (dr.) Billy Daniel Messakh, Direktur Utama RSUD dr. Soewandhie Surabaya mengatakan, program ini terhubung langsung dengan call center darurat 112, yang menjadi jalur utama penanganan cepat sejak detik pertama gejala muncul.
“Kita mau bicarakan penyakit jantung ini, penyakit jantung koroner. Di Kota Surabaya ini saya tidak ngomong (RSUD) Soewandhie aja ya, lewat semua tempat baik RSUD BDH, RSUD Eka Candrarini, kita punya jaringan yang kita buat program namanya Fast Track Chase Pain,” kata dr. Billy saat mengisi program Semanggi Suroboyo di Radio Suara Surabaya, Jumat (17/10/2025).
Menurut dr. Billy, layanan ini merupakan bagian dari upaya Pemkot Surabaya untuk menekan risiko kematian akibat penyakit jantung koroner dengan memanfaatkan golden period atau waktu emas penanganan darurat.
Ia menjelaskan, salah satu gejala utama yang perlu diwaspadai adalah nyeri dada mendadak, yang bisa menjadi tanda awal serangan jantung. Karena itu, masyarakat diimbau untuk tidak menunda mencari pertolongan.
“Salah satu gejala yang muncul itu nyeri dada. Jadi kita mengedukasi, pada saat hal itu terjadi, Chase Pain, langkah atau alur pertama ada call center kita: 112. Itu dulu. Ditelepon. Jangan diabaikan,” jelasnya.
Menurut dr. Billy, waktu penanganan pasien dengan gejala serangan jantung sangat krusial. Dalam istilah medis disebut golden period, yaitu rentang waktu emas yang menentukan keberhasilan penyelamatan pasien dari risiko kecacatan atau kematian.
“Karena butuh waktu atau punya golden period. Golden period ini kita harus manfaatkan sebaik mungkin supaya tidak terjadi kecacatan ya, atau morbiditas sampai mortalitas,” ujarnya.
Melalui sistem ini, panggilan darurat yang masuk ke 112 akan segera diteruskan ke Tim Gerak Cepat (TGC) yang telah dilatih menangani situasi medis gawat darurat.
“TGC nanti akan koordinasi langsung dengan pihak rumah sakit. TGC langsung turun dulu dia,” jelas dr. Billy.
Billy menjelaskan, TGC memiliki kemampuan awal untuk menangani pasien di lokasi. Namun, jika kondisi pasien memerlukan tindakan lanjutan, maka mereka akan segera mengevakuasi ke rumah sakit rujukan terdekat.
“TGC itu sudah punya kemampuan untuk mengatasi emergensi. Tapi begitu dia lihat ini tidak bisa ditangani di tempat, ya sudah dia langsung delivery ke salah satu tempat kita,” tambahnya.
Dirut RSUD Dr. Soewandhie itu mengatkaan, rumah sakitnya sudah memiliki fasilitas lengkap dan tenaga medis yang siap siaga 24 jam untuk mendukung program ini.
“Di Soewandhie itu cukup lengkap dari segi peralatan. SDM cukup banyak kita punya. Jadi SDM saya itu ada enam orang, dengan limanya itu intervensi semua. Sekarang sudah tujuh ya, ada tambahan satu lagi. Yang satu memang belum intervensi, tapi sudah kita punya tujuh (spesialis) kardiologi,” katanya.
“Karena itu, Fast Track Chase Pain ini 24 jam. Jam berapa pun Anda telepon, kita segera ready,” pungkasnya. (bil/ipg)