Minggu, 26 Oktober 2025

NOC Indonesia Temui IOC di Swiss, Bahas Dampak Pembatalan Visa Atlet Israel

Laporan oleh Muhammad Syafaruddin
Bagikan
Ilustrasi - Kejuaraan Dunia Senam Artistik ke-53 (Artistic Gymnastics World Championships) akan berlangsung di Jakarta pada 19–25 Oktober 2025. Foto: AP

Raja Sapta Oktohari Ketua Umum NOC Indonesia menyampaikan bahwa pihaknya telah lama meminta waktu untuk bertemu dengan Komite Olimpiade Internasional (IOC). Pertemuan tersebut dijadwalkan berlangsung pada 28 Oktober 2025.

“Sejak jauh-jauh hari, NOC Indonesia memang sudah meminta waktu untuk bertemu IOC, dan IOC memberikan jadwal pertemuan pada 28 Oktober 2025,” ujar Okto dalam keterangannya, Sabtu (25/10/2025).

Menurutnya, pertemuan itu akan membahas banyak hal, termasuk keputusan terkini IOC serta situasi yang tengah dihadapi olahraga Indonesia.

“Banyak hal yang akan didiskusikan bersama IOC, sekaligus membahas keputusan terkini IOC. Kami memahami pasti ada konsekuensi dari kejadian terakhir, tetapi kami ingin menjelaskan langsung agar informasi yang diterima IOC lebih komprehensif,” jelasnya.

Oktoh menambahkan, hingga saat ini IOC belum menghubunginya secara langsung. Oleh karena itu, ia menilai pertemuan tatap muka di markas besar IOC di Lausanne, Swiss, menjadi langkah terbaik untuk mencari solusi atas berbagai dinamika yang terjadi.

“Jadi, memang sebaiknya kami datang dan bertemu langsung di kantor pusat IOC di Lausanne, agar bisa ditemukan solusi terbaik bagi situasi yang sedang dan akan kita hadapi,” ujarnya.

Sebelumnya, IOC memutuskan menghentikan seluruh bentuk dialog dengan KOI/NOC Indonesia mengenai rencana menjadi tuan rumah Olimpiade dan ajang-ajang olahraga internasional lainnya.

Dilansir dari Antara, langkah itu diambil setelah pemerintah Indonesia membatalkan visa bagi atlet Israel yang dijadwalkan tampil pada Kejuaraan Dunia Senam Artistik ke-53 di Jakarta.

Dalam pernyataan resmi seusai rapat pada September, IOC menyatakan keprihatinan terhadap pembatasan akses bagi atlet ke negara tuan rumah, serta boikot dan pembatalan kompetisi akibat ketegangan politik.

“Tindakan seperti ini merampas hak atlet untuk berkompetisi secara damai dan menghalangi Gerakan Olimpiade untuk menunjukkan kekuatan olahraga,” kata Komite Eksekutif IOC.

IOC menegaskan posisi prinsipnya bahwa seluruh atlet, tim, dan ofisial olahraga yang memenuhi syarat harus dapat mengikuti kompetisi internasional tanpa diskriminasi dari negara tuan rumah.

Prinsip tersebut, kata IOC, sejalan dengan Piagam Olimpiade yang menekankan asas non-diskriminasi, otonomi, dan netralitas politik.

Selain menghentikan pembicaraan dengan Indonesia, IOC juga merekomendasikan kepada seluruh federasi olahraga internasional agar tidak menggelar kejuaraan atau pertemuan di Indonesia hingga pemerintah memberikan jaminan tertulis bahwa semua peserta diizinkan masuk tanpa memandang kewarganegaraan.

IOC juga meminta federasi olahraga internasional mencantumkan jaminan akses bagi semua atlet dalam perjanjian penyelenggaraan turnamen kualifikasi Olimpiade, serta memanggil KOI dan Federasi Senam Internasional (FIG) ke markas IOC di Lausanne, Swiss, untuk membahas pembatalan visa atlet Israel itu.

IOC menegaskan kembali pentingnya menjamin akses bebas dan tanpa hambatan bagi semua peserta untuk mengikuti kompetisi internasional, sebagai wujud komitmen terhadap nilai-nilai dasar Gerakan Olimpiade. (saf/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Kebakaran Gedung Ex-Bioskop Jalan Mayjen Sungkono

Kecelakaan Mobil di Jembatan Suramadu, Kondisinya Ringsek

Kecelakaan Bus Tabrak Belakang Truk di KM 749 Tol Sidoarjo-Waru

Surabaya
Minggu, 26 Oktober 2025
27o
Kurs