Suasana heroik mewarnai sore hari di kawasan Tugu Pahlawan Surabaya, Minggu (2/11/2025) sore, ketika Tim Line Dance (LD) Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Jawa Timur bersama Persatuan Artis Film Indonesia (PARFI) ikut ambil bagian dalam Parade Surabaya Juang bertajuk Surabaya Epic.
Mereka hadir sebagai Tim Dapur Umum Mbok Dar Mortir, menghadirkan kembali semangat perjuangan para perempuan pejuang lewat aksi berbagi makanan kepada para peserta dan penonton.
Memakai kebaya tempo dulu lengkap dengan jarit, para anggota tim sibuk menyiapkan dan membungkus makanan menggunakan daun pisang. Aksi ini menjadi simbol kesederhanaan dan ketulusan perempuan masa perjuangan yang berperan di dapur umum untuk menyokong para pejuang kemerdekaan di masa lalu.
Ita Siti Nasyi’ah Koordinator Tim LD PWI Jatim menjelaskan, peran yang dimainkan timnya bukan sekadar pertunjukan, tetapi juga bentuk penghormatan terhadap sejarah perjuangan bangsa.
“Kami ingin menghadirkan suasana dapur umum zaman perjuangan, di mana para ibu bangsa memasak untuk pejuang dengan penuh semangat dan keikhlasan,” ujarnya.
Menurut Ita, kostum yang dikenakan pun disesuaikan dengan peran yang dimainkan.
“Kebaya yang kami pakai adalah kebaya sederhana, bukan brokat atau berpayet. Zaman dulu kebaya mewah hanya milik kaum bangsawan, sedangkan perempuan dapur umum berasal dari kalangan rakyat biasa,” jelasnya.
Dalam aksi tersebut, Tim LD PWI Jatim dan PARFI membagikan berbagai hidangan tradisional seperti singkong, ketela pohon, kacang tanah, dan pisang kukus. Semua disajikan dengan cara tradisional dibungkus daun pisang, seperti yang dilakukan masyarakat tempo dulu saat menyiapkan makanan untuk para pejuang.
“Selain mengenang sejarah, kami juga ingin menumbuhkan kembali semangat gotong royong, kebersamaan yang dulu menjadi kekuatan bangsa, dan makanan sederhana ini kami bagikan bukan hanya sebagai simbol perjuangan, tapi juga sebagai wujud cinta pada tanah air.” Tutur Ita
Wira Lina sebagai Mbok Dar Ketua PARFI Jatim, mengaku sangat senang bisa ikut serta dalam kegiatan penuh makna itu. Dia merasa pengalaman tersebut memberinya kesempatan memahami lebih dalam peran besar perempuan di balik perjuangan kemerdekaan.
“Rasanya haru sekali bisa ikut membagikan makanan sambil mengenakan kebaya sederhana seperti ibu-ibu jaman dulu. Ini bukan sekadar tampil, tapi mengenang perjuangan mereka,” katanya. (mas/rid)
NOW ON AIR SSFM 100
