Minggu, 23 November 2025

Tertatih Membelah Keriuhan Jalur Evakuasi, Cerita Lansia 90 Tahun di Balik Erupsi Semeru

Laporan oleh Billy Patoppoi
Bagikan
Sunayah (90 tahun) warga Dusun Kamar A, Desa Supiturang saat ditemui di posko pengungsian SDN IV Supiturang, Jumat (21/11/2025) malam. Foto: Wildan suarasurabaya.net

Kabut mulai turun menyelimuti kawasan Pronojiwo yang tak jauh dari lereng Gunung Semeru. Hawa dingin mulai merasuk ke posko-posko pengungsian.

Pada Jumat (21/11/2025) malam itu, posko pengungsian di SDN IV Supiturang nampak riuh dengan warga yang antre mengecek kesehatan, atau hanya sekedar duduk melamun di pelataran depan kelas sekolah.

Di antara keriuhan itu, Sunayah (90 tahun) terlihat berjalan dengan tertatih-tatih mencari tempat untuk duduk sendirian sambil merenung.

Saat dijumpai suarasurabaya.net, Sunayah balik menyapa ramah. Ia tak keberatan berbagai kisah tentang erupsi Gunung Semeru tersebut yang terjadi pada, Rabu (19/11/2025) sore lalu.

Rabu sore itu Sunayah hendak menunaikan shalat Ashar di rumahnya. Namun tiba-tiba bunyi alarm terdengar nyaring di Dusun Kamar A, pertanda Gunung Semeru erupsi.

Dalam sekejap, langit di Dusun Kamar A berubah gelap. Warga desa lari berhamburan dan mengegas motornya mengikuti jalur evakuasi untuk menyelamatkan diri.

“(Saat erupsi Semeru) mau sembahyang di rumah. Gunungnya itu keluar seperti asap gelap. Semua orang lari, gardu sirine berbunyi. ‘Loh itu kok bunyi, apa mau meletus?’ lihat kok gelap semua,” ucap Sunayah.

Namun tidak dengan Sunayah. Di tengah keriuhan itu ia tidak bisa berbuat banyak dengan fisiknya yang sudah berusia senja. Apalagi anak dan cucunya juga sedang sakit kala erupsi itu.

Situasi semakin genting saat Sunayah bersama anak dan cucunya belum bisa menyelamatkan diri.

“Saya bagaimana? Orang tiga, anak saya itu sakit, cucu saya nggak seberapa sehat, ya saya sendiri nggak sehat,” katanya.

Beruntung, para relawan berinisiatif menjemput bola datang ke lokasi. Detik-detik menegangkan itu berhasil dilewati Sunayah bersama anak cucunya.

Dengan kondisi tertatih, Sunayah perlahan berjalan keluar rumah. Menaiki motor relawan dan membelah keriuhan warga yang berlarian menuju lokasi aman.

Keesokan harinya pada Kamis (20/11/2025), Sunayah mencoba kembali melihat rumahnya. Ia merasa bersyukur tempat tinggalnya tak ikut disapu material Gunung Semeru yang meluluh lantakkan Dusun Kamar A.

“Lalu ada relawan naik motor lalu “Mari Mbah, ke sini Mbah.” gitu. Jadi, saya dibawa Gumukmas. Di Gumukmas banyak orang, langsung ke Supiturang aja gitu,” tandasnya.(wld/bil/faz)

Berita Terkait

Potret NetterSelengkapnya

Perpaduan Macet dan Banjir di Kawasan Banyuurip-Simo

Banjir Menggenangi Sidosermo 4

Kecelakaan Bus Vs Truk Gandeng di Jembatan Suramadu

Perpaduan Hujan dan Macet di Jalan Ahmad Yani

Surabaya
Minggu, 23 November 2025
26o
Kurs